Ilmu Saham | ISX Stock Market Resource Center

Sebab-sebab Krisis Global dan Dampaknya terhadap Indonesia (Kwik Kian Gie)

Posted in Investing Resources by ilmusaham on December 5, 2008

Krisis Keuangan Global (Artikel 1)
Kamis, 06 Nopember 08

Sebab-sebab dan Dampaknya terhadap Indonesia

Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.

Tentang yang pertama, media massa di negara-negara maju banyak yang mengulasnya. Intinya sebagai berikut.

Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut surat berharga atau security. Pekerjaan mengertaskan barang nyata yang berbentuk rumah disebutsecuritization of asset.

Katakanlah bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang surat berharga atau security yang berbentuk kontrak kredit atau tagihan kepada para debiturnya. Bear Sterns mengelompokkan surat-surat tagihan tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya mengandung surat tagih dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sama. Setiap kelompok ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dijual kepada Lehman Brothers (misalnya) dan bank-bank lain yang semuanya mempunyai nama besar. Yang sekarang dilakukan oleh Bear Sterns bukan menerbitkan surat piutang, tetapi surat janji bayar atau surat utang. Atas dasar surat piutang kepada ratusan atau ribuan debiturnya, Bear Sterns menerbitkan surat utang kepada Lehman. Uang tunai hasil hutangnya dari Lehman dipakai untuk memberi kredit lagi kepada mereka yang membutuhkan rumah. Seringkali untuk membeli rumah kedua, ketiga oleh orang yang sama, sehingga potensi kreditnya macet bertambah besar.

Penerbitan surat berharga berbentuk surat janji bayar atau promes disebut securitization of security. Bahasa Indonesianya yang sederhana “mengertaskan kertas.” Surat berharga ini kita namakan surat berharga sekunder, karena tidak langsung dijamin oleh barang yang berbentuk rumah, melainkan oleh kertas yang berwujud surat janji bayar oleh bank hipotik yang punya nama besar.

Lehman memegang surat utang dari Bear Sterns dan juga dari banyak lagi perusahaan-perusahaan sejenis Bear Sterns. Seluruh surat ini dikelompokkkan lagi ke dalam wilayah-wilayah geografis, misalnya kelompok debitur California, kelompok debitur Atlanta dan seterusnya. Oleh Lehman kelompok-kelompok surat-surat utang dari bank-bank ternama ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dibeli oleh Merril Lynch dan bank-bank lainnya dengan nama besar juga. Kita namakan surat utang ini surat utang tertsier.

Demikianlah seterusnya, satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media massa negara-negara maju menyebutkan bahwa bank-bank tersebut melakukan sliced and diced, yang secara harafiah berarti bahwa satu barang dipotong-potong dan kemudian masing-masing diperjudikan. Maka banyak bank yang debt to equity ratio-nya 35 kali.

Sekarang kita bayangkan adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di AS.

Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.

Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.

Ketika surat utang inferior yang disebut subprime mortgage macet, barulah ketahuan bahwa begini caranya memompakan angin ke dalam satu surat utang yang dijual berkali-kali dengan laba sangat besar.

Ketika balon angin keuangan meledak, Henry Paulson sudah menjabat menteri keuangan AS. Dia melakukan tindakan-tindakan yang buat banyak orang membingungkan, tetapi buat beberapa orang, dia manusia yang hebat, tegas, dan menurutnya sendiri bersenjatakan bazooka. (Newsweek tanggal 29 September 2008 halaman 20). Ada alasan untuk menganggapnya orang hebat. Dia mahasiswa Phi Beta Kappa dari Dartmouth. Penghubung antara gedung putihnya Nixon dan Departemen Perdagangan. MBA dari Harvard, bergabung dengan Goldman Sachs Chicago di tahun 1974, menjadi CEO-nya dari 1998 sampai 2006. Dan sekarang menteri keuangan AS.

Maka dialah yang ketiban beban berat menghadapi krisis yang maha dahsyat yang sedang berlangsung. Tindakan-tindakannya seperti semaunya sendiri atau bingung. Dia memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.

Maka masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya. Masyarakat bertambah panik.

Seperti telah dikemukakan sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.

Dampaknya terhadap Indonesia

Secara rasional dampaknya terhadap Indonesia sangat kecil, karena hubungan ekonomi Indonesia dengan AS tidak ada artinya. Praktis tidak ada uang Indonesia yang ditanam ke dalam saham-saham AS yang sekarang nilainya merosot atau musnah. Hanya milik orang-orang Indonesia kaya dan super kaya yang tertanam dalam saham-saham perusahaan-perusahaan AS. Uang inipun jauh sebelum krisis sudah tidak pernah ada di Indonesia.

Dampak yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Maka IHSG anjlok. Uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar, yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan.

Kebijakan lain ialah mengumumkan memberikan jaminan keamanan dan keutuhan uang yang disimpan dalam bank-bank di Indonesia sampai batas Rp 2 milyar. Ini sama saja mengatakan kepada publik di seluruh dunia supaya jangan menyimpan uangnya di bank-bank di Indonesia yang melebihi Rp 2 milyar.

Karena pengaruh teknologi informasi yang demikian canggihnya, semua berita-berita tentang krisis yang melanda negara-negara maju dapat diikuti. Pengaruh psikologisnya ialah kehati-hatian dalam membelanjakan uangnya yang berarti konsumsi akan menyusut dengan segala akibatnya.

Setelah Bank Indonesia menjadi independen ada kecenderungan terjadinya ego sektoral. Karena tugas pimpinan BI terfokus pada menjaga stabilitas nilai rupiah dan menjaga tingkat inflasi, semuanya dipertahankan at any cost. Maka di banyak negara maju yang menjadi cikal bakal pikiran independennya bank sentral menurunkan tingkat suku bunga, di Indonesia dinaikkan sangat tinggi yang lebih memperpuruk sektor riil yang sudah terpuruk karena menurunnya drastis permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.

Hal yang kurang dipahami adalah faktor-faktor, kekuatan-kekuatan serta mekanisme yang bekerja setelah meletusnya gelembung angin (bubble) keuangan menyeret perekonomian global ke dalam spiral yang menurun.

Sejak lama kita mengenal adanya gejala gelombang pasang surutnya ekonomi atau business cycle atau conjunctuur yang selalu melekat pada sistem kapitalisme dan mekanisme pasar. Cikal bakal tercapainya titik balik teratas menuju pada kemerosotan, dan sebaliknya, cikal bakal tercapainya titik balik terendah menuju pada kegairahan dan peningkatan ekonomi bisa macam-macam. Tetapi pola kemerosotan dan pola peningkatannya selalu sama.

Seberapa besar pemerintah mempunyai kemampuan mempengaruhinya tergantung pada struktur ekonomi dalam aspek perbandingannya antara ketersediaan modal dan ketersediaan tenaga kerja. Bagian ini dari ekonomi tidak banyak dibicarakan oleh para ahli. Apakah karena mereka kurang paham, ataukah gejala business cycle sudah mati, sudah kuno dan tidak berlaku lagi?

Kita telusuri dalam tulisan berikutnya.

Oleh Kwik Kian Gie

http://www.koraninternet.com/webv2/lihatartikel/lihat.php?pilih=lihat&id=9871

Tagged with:

24 Buffet’s Investing Strategies

Posted in Investing Resources, Uncategorized by ilmusaham on April 23, 2008

1. Choose Simplicity over Complexity
When investing, keep it simple. Do what’s easy and obvious.
If you don’t understand a business, don’t buy it.

2. Make Your Own Investment Decisions
Don’t listen to the brokers, the analysts, or the pundits. Figure it out for yourself.
Become a value investor. It’s proven to be a very rewarding technique over the long term.

3. Maintain Proper Temperament
Let other people overreact to the market.
To succeed in the market, you need only ordinary intelligence. But in addition, you need the kind of temperament to help you ride out the storms and stick to your long-term plans. If you can stay cool while those around you are panicking, you can surely prevail.

4. Be Patient
Think 10 years, rather than 10 minutes
Don’t dwell on the price of stocks. Instead, study the underlying business, its earnings capacity and its future.
If the question is, “How long will you wait?” – “If we’re in the right place, we’ll wait indefinitely” says Buffet.

5. Buy Business, Not Stocks
Once you get into the right business, you can let everyone else worry about the stock market.
Business performance is the key to picking stocks. Study the long-term track record of any company that is on
your buy list. Buffet looks for following five main things before investing in a company.
(i) Business he can understand
(ii) Companies with favorable long-term prospects
(iii) Business operated by honest and competent people
(iv) Businesses priced very attractively
(v) Business with free cash flow
Don’t think about “stock in the short term.” Think about “business in the long term”.

6. Look for a Company that is a Franchise
Some businesses are “franchises”. Franchise generates free cash flows.

7. Buy Low-Tech, Not High-Tech
Successful investing is rarely a gee-whiz activity. It’s less often about rockets and lasers and more often about bricks, carpets, paint, shaving blades and insulation.
Do not be tempted by get-rich-quick deals involving relatively complex companies (e.g., high-tech companies).
They are the most unpredictable in the long run. Look for the absence of change. Look for the business whose only change in the future will be doing more business, e.g Gillette Blades.

8. Concentrate Your Stock Investments
A the “Noah’s Ark” style of investing – that is, a little of this, a little of that. Better to have a smaller number of investments with more of your money in each.
Portfolio concentration – the opposite of diversification – also has the power to focus the mind.
If you’re putting your eggs in only a few baskets, you’re far less likely to make investments on impulse or emotion.

9. Practice Inactivity, Not Hyperactivity
There are times when doing nothing is a sign of investing brilliance.
Be a decade’s trader, not a day trader.

10. Don’t Look at the Ticker
Tickers are all about prices. Investing is about a lot more than prices. It is about value. It is about wealth.
Abstain from looking at share prices every day. Study the playing field and not the scoreboard. Know the value of something rather than the price of everything.

11. View Market Downturns as Buying Opportunities
Market downturns aren’t body blows; they are buying opportunities.
Change your investing mind-set. Reprogram your thinking. Learn to like a sinking market because it presents
great buying opportunity. Pounce when the three variables come together. When a strong business with an
enduring competitive advantage, strong management, and a low stock price come onto your investment screen.

12. Don’t Swing at Every Pitch
What if you had to predict how every stock in the Standard & Poor’s (S&P) 500 would do over the next few years?
In this scenario you have very poor chance of being correct. But if your job was to find only one stock among those 500 that would do well?
In this revised scenario you have a good chance. A few good investments are all that is needed.

13. Ignore the Macro; Focus on the Micro
The big things – the large trends that are external to the business – don’t matter.
It’s the little things, the things that are business-specific, that count.
It’s possible to imagine a cataclysm so terrible that the markets would collapse and not bounce back.
Externalities don’t matter – and you can’t predict them, anyway. And what can you do about them?
Focus on what you can know: the workings of a good business.

14. Take a Close Look at Management
The analysis begins – and sometimes ends – with one key question: Who’s in charge here?
Assess the management team before you invest. A investing in any company that has a record of financial or accounting shenanigans, (creative accounting, accounting jugglery). Weak accounting usually means weak business performance.
Strong companies do not have to resort to tricks.

15. Remember, The Emperor Wears No Clothes on Wall Street
Wall Street is the only place where people go to in Rolls Royce to get advice from people who take the subway.
Ignore the charts.
A value investor is not concerned with charts. Invest like Benjamin Graham.
Graham told investors to “search for discrepancies between the value of a business and the price of small pieces of that business in the market.”
This is the key to value investing, and it’s far more productive than getting dizzy studying hundreds of stock charts.
Offer documents of most mutual funds say – in small print – that past performance is no guarantee of future success.
Buffet says the same thing about the market: If history revealed the path to riches, librarians would be rich.

16. Practice Independent Thinking
When investing, you need to think independently.
Make independent thinking one of your portfolio’s greatest assets. Being smart isn’t good enough, says Buffet.
Lots of high-IQ people fall victim to the herd mentality. Independent thinking is one of Buffet’s greatest strengths.
Make it one of your own.

17. Stay within Your Circle of Competence
Develop a zone of expertise, operative within that zone.
Write down the industries and businesses with which you feel most comfortable.
Confine your investments to them.

18. Ignore Stock Market Forecasts
Short-term forecasts of stock or bond prices are useless.
They tell you more about the forecaster than they tell you about the future.
Take the time you would spend listening to forecasts and instead use it to analyze a business’s track record.
Develop an investing strategy that does not depend on the overall movement of the market.

19. Understand “Mr. Market” and the “Margin of Safety”
What makes for a good investor?
A good investor is one who combines good business judgment
with an ability to
ignore the wild swings of the marketplace.

When the emotions start to swirl, remember Ben Graham’s “Mr.Market” concept, and look for a “margin of safety”.
Make sure that you also understand Buffet’s concepts of Mr. Market and the margin of safety.

Like the Lord, the market helps those who help themselves. But, unlike God, the market doesn’t forgive those who “know not what they do”.

Bide your time, and wait for Mr. Market to get depressed and lower stock prices enough to provide a margin-ofsafety buying opportunity.

20. Be Fearful when Others Are Greedy and Greedy When Others Are Fearful
You can safely predict that people will be greedy, fearful, or foolish.
Trouble is you just can’t predict when or in what order.
Buy when people are selling and sell when people are buying.

21. Read, Read Some More, and Then Think
Mr. Warren Buffet spends something like six hours a day reading and an hour or two on the phone. The rest of the time, he thinks.
He therefore advises to get in the habit of reading. The best thing to start is to read Buffett’s annual reports and letters.
Finally, restrict your time only to things worth reading.

22. Use All Your Horsepower
How big is your engine, and how efficiently do you put it to work?
Warren Buffett suggests that lots of people have “400 – horsepower engines” but only 100 horsepower of output.
Smart people, in other words, often allow themselves to get distracted from the task at hand and act in irrational ways.
The person who gets full output from a 200-horse-power engine, says Buffett, is a lot better off.
Make sure that you have the right role models. Strive for rational behaviour, good habits, and proper temperament.
Write down the habits, practices and philosophies that you want to make your own.

Then be sure to keep track of them and eventually own them.
Financial success is a “matter of having the right habits”.

23. Learn from the Costly Mistakes of Others
This is self explanatory and need no comments!

24. Become a Sound Investor
Buffet says that Ben Graham was about “sound investing”. He wasn’t about brilliant investing or fads and fashions, and the good thing about sound investing is that it can make you wealthy if you are in not too much of a hurry, and it never makes you poor.
To become a sound investor, you need to develop sound investing habits.
Always fight the noise to get the real story.
Always practice continuous improvement.
It’s about finding and stepping over “one-foot hurdles” rather than developing the extraordinary skills needed to clear sevenfoot hurdles.

Kiat Mudah Portofolio 70:30

Posted in from CLUB, Investing Resources by ilmusaham on April 10, 2008

Selamat pagi semuanya,

Kemaren hari yang cukup menggemparkan, saya sendiri tidak melihat market tapi saya mengetahui hal ini dari banyaknya e-mail yang masuk (ada 30 an) yang menanyakan tentang tindakan selanjutnya …. Apakah BELI ? Apakah JUAL ? bahkan ada yang nawarin saya untuk beli sahamnya semua ??? Beberapa rekan saya, terutama Ibu-ibu, ada yang cerita kalo dalam bulan ini akan ada pembayaran uang sekolah dsb yang masih nyangkut di saham.

Cuma sedikit sharing aja, sebenernya kan apa yang terjadi hari ini merupakan hasil akumulasi dari tindakan kita tiga bulan atau bahkan satu tahun di belakang ??? Dan itu sudah pasti hampir tidak bisa kita ubah. Sekarang yang jadi concern adalah BAGAIMANA KE DEPAN ? Tulisan ini setidaknya sebagai hasil sharing saya dari membaca buku dan telah menerapkannya dalam portofolio saya.

Untuk menjamin keberhasilan dalam dunia investasi hal yang penting adalah PERENCANAAN. Bagi seorang trader maka tentu ada trading plan, sementara untuk berinvestasi maka kita perlu membagi portofolio yang terdiri dari Saham, obligasi dan money market (deposito, atau setara cash lainnya). Untuk kebanyakan dari kita katakanlah komposisinya sebesar 70:30 atau tergantung dengan preferensi resiko. Untuk yang masih muda tentu kita bisa mengambil resiko lebih tinggi, sementara untuk yang lebih tua sebaiknya mengurangi resikonya.

Bagaimana KIAT 70:30 ini ? Kita ambil contoh misalnya kita memiliki uang sebesar 100 juta. Maka portofolio awal (kapanpun masuknya) setidaknya sebagai berikut :

KONDISI PORTOFOLIO AWAL
jv-image003

Komposisi ini harus dipertahankan dalam kondisi pasar bagaimanapun dengan masa pengecekan rutin sekitar 6 bulan sekali. Jika misalnya saat pengecekan rutin pasar menjadi Bearish (HANCUR) dan pasar saham turun hingga 25% maka portofolio yang kita miliki akan menjadi sebagai berikut :

KONDISI PORTOFOLIO SAAT BEARISH
jv-image004

Dari portofolio tersebut kita perlu melakukan REBALANCING agar kebijakan 70:30 tetap ada. Hasil rebalancing menjadi sebagai berikut :

PENERAPAN 70:30 RULE
jv-image005

Ya, rebalancing dilakukan dengan mengurangi porsi cash menjadi saham atau dengan kata lain adalah melakukan pembelian saham. Ok, sekarang bagaimana bila kondisi pasar BULLISH saat pengecekan, kita katakan kenaikan mencapai 25%. Kondisi portofolio yang kita miliki akan menjadi :

PORTOFOLIO SAAT BULLISH
jv-image007

REBALANCING KEMBALI DILAKUKAN, maka akan menjadi :

PENERAPAN 70:30 RULE
jv-image009

REBALANCING dilakukan dengan melakukan penjualan saham dan memindahkan sebagian dananya ke dalam pasar obligasi dan pasar uang. Istilahnya menyelamatkan profit dengan tetap menghindari diri dari INFLASI.

Cara dan komposisi portofolio seperti ini dapat membantu kita untuk tidak kaget atau ikut terbawa emosi menghadapi fluktuasi market, apalagi seperti saat ini. Langkah ini juga membantu kita untuk menerapkan strategi BELI di SAAT MURAH dan JUAL di SAAT MAHAL yang diajarkan BUFFET. Tidak ada satu orangpun di dunia yang bisa menebak ke mana arah pasar, apakah naik atau TURUN. Tapi yang pasti keputusan hari ini tentu mempengaruhi NILAI INVESTASI KITA di masa depan.

Saya pribadi saat ini ada yang nyangkut di saham, akan tetapi total kerugian saya terhadap TOTAL portofolio masih di bawah 3%. Market belum menentu, saat ini harga obligasi juga menurun dengan yield yang meningkat. Di sisi lain itu berarti yield saya di pasar obligasi meningkat dan tentu saja di pasar uang juga meningkat. Cuma saya juga sedikit terselamatkan karena istri yang agak konvensional sehingga saat ini hampir 40% investasi ada di obligasi, money market, dan tanah serta rumah ….. Padahal waktu dulu 100% SAHAM (Kan belum kawin). Sesudah kawin, tentu profil resiko harus dikurangi. Kira-kira begitulah ….

Kiat memilih obligasi dan money market nanti saya coba bahas dalam tulisan lainnya.

Semoga membantu.

JV

Source: Jhon Veter

Tagged with: , ,

THIS IS WHAT WE SHOULD DO NOW! Utk pemula.

Posted in Book Recommendation, from Stock Expert, Investing Resources by ilmusaham on April 3, 2008

Eko Nurcahyono wrote:

Pak Eka… Kalo menurut bapak, dengan kualifikasi CAN SLIM nya William J. O’Neil tsb saham apa yang kira-kira menjadi pegangan bapak sekarang ditengah badai yang tak kunjung reda. Maklum saya masuk pemula pak .. thanks ..

Eka Suwandana:

TINS fit nicely ya sahamnya sedikit! AALI, TBLA, CNKO, BTEL, CPRO masuk. banyak lah, coba periksa pelan2. ANTM INCO malah nggak masuk.

THIS IS WHAT WE SHOULD DO NOW! Utk pemula.

  1. Cari perusahaan yg Current Quarterly EPS show some growth, better than the previous one, the higher the better. Cari yg ‘huge earning inreases’, tapi hati2 dgn ‘one time extraordinary items’ kalo ada kurangi. Minimal cari yg EPS Q to Q naik 15-20%, kalo bisa cari yg kenaikannya sudah naik 3 quarter berturut2. Biasanya kenaikan earning harus di support kenaikan sales let ‘s say 25%. JANGAN PERNAH BELI EMITEN yg show DECELARATION EARNINGS 3 quartal berturut2. That means trouble. Lihat juga emiten dalam group yg sama misal, kalo ANTM naik sudah seharusnya INCO juga naik karena sama2 jualan nickel, kalo kawan satu groups sama2 naik berarti anda aman!
  2. Bandingkan juga EPS quartal terakhir dgn quartal yg sama tahun2 sebelumya. Annual growth rates kalo bisa cari yg minimal 25%. Di BEI banyak yg naik diatas 50%. Lihat apakah kenaikan EPS yoy stabil misal tahun 2002-2003 naik 10%, 2003-2004 naik 30%, 2004-2005 naik 5%, 2005-2006 naik 100%. That is OK, semakin stabil semakin baik misal UNVR, kalo ada yg turun satu tahun That is also OK!
  3. Be careful with Value Trap! PER kecil belum tentu growth bagus, PER gede sangat bagus asal di topang “ANNUAL & CURRENT QUARTERLY EARNINGS STABLE GROWTH !” Contoh di Amerika saya lihat saham PCP bulan November lalu sempat PER 100x sekarang Cuma dibawah 20x. Atau saham Boeing tahun 2004 PER sempat 60x tapi setelah booming pesanan sekarang bermain di PER 15-18x. Kalo kita takut dgn PER besar, anda akan ketinggalan kereta! Contoh lain sekarang Toyota Motor (NYSE ADR: TM) PER 2008 10x, cuma ada penurunan penjualan besar2an dari pasar USA.
  4. Cari emiten yg ada terobosan, New products, New management, New Highs. Di Indonesia susah utk cari emiten yg menghasilkan prduk revolusioner tapi new management atau masuk ke bisnis baru yg booming bisa membuat “losing money maker” jadi “profit maker”. Misal dulu BUMI dari hotel ke coal, atau contoh IIKP, CNKO yg rubah bisnis inti. Kalo di USA misalkan saya beli IMAX karena dia mau bikin projector digital pertama utk bioskop mainstream, jadi bakal cutting cost daripada pita colloid. Walau IMAX masih rugi sudah 3 tahun. Atau misalkan APPLE dgn IPOD, IPHONE.
  5. Cari sebisa mungkin emiten yg memilki outstanding shares yg sedikit, seperti TINS, semakin sedikit semakin dijaga Bandar-nya. Semakin banyak semakin volatile sahamnya. Belum pernah stock split semakin baik. Atau cari yg ada program BUYBACK. Cari yg DER kecil.
  6. Ini yg susah “PICK ALWAYS THE LEADER not THE LAGGARD” wuih di BEI saham bagus turun rame2.
  7. Look for ABNORMAL STRENGTH…sewaktu IIKP naik bulan desember dari 200-an ke 400 sampai 2-3 kali swing naik turun dgn volume gede saya curiga ada apa2nya. Dan benar kejadian. Secara spekulatif ABNORMAL STRENGTH utk emiten sehat pasti ada hidden growth.
  8. Institutional Sponsoship, berapa besar Bandar institusi pegang, misalkan INCO kenapa saya suka….. semua perusahaan asuransi asing gede pegang saham ini, Cuma 2 % ditangan ritel selama tahun 2006. Track terus berapa Bandar institusi pegang kalo naik, kita buy.

Iya itu aja yg saya pelajari dan ingat dari buku William J O’Neil : “How to make money in stocks”. Utk lebih rinci silakan baca isinya banyak teknikal juga. Ada yg bagus ttg chapter How to Sell, rada susah terapkan di BEI lebih gampang di USA. Agak ribet jadi saya nggak jelaskan. Pokoknya kalo di Indonesia asalkan harga komoditas turun dan kegerus, cost naik kita bisa keluar nggak peduli sahamnya naik terus.

Source: courtesy of Eka Suwandana

Kiat Jitu Memiliki Pohon Duit

Posted in Investing Resources, Shared Lessons Learned by ilmusaham on April 3, 2008

SAHAM MEMBOSANKAN

Hari jumat malam lalu (March 21, 2008) mantan nasabah saya di Valbury chatting dengan saya menanggapi email saya tentang pembelian saham Coca Cola (TradeJournal : Long Stock + Sell Call). Dia menanyakan mengapa saya sejak di Valbury suka sekali merekomendasikan saham saham yang menurut dia “boring” (baca : tidak digoreng goreng bandar).

Saat di Valbury memang kami sering bertukar info dan saya selalu mengatakan jangan beli saham saham gorengan atau third liner. Saya pun paling suka membuat riset atas saham saham yang memiliki fundamental bagus (dalam pandangan saya) dan boring (dalam pandangan dia). Saya saat itu merekomendasikan Apexindo (APEX), Unilever (UNVR), Antam (ANTM), International Nickel Indonesia (INCO) – saat saya rekomendasikan ANTM & INCO belum bergerak tinggi. Namun saat itu saya yakin mereka undervalue saat itu sehingga layak untuk dikoleksi (red : waktu INCO masih di Rp 23 ribuan saya sudah membuat rekomendasi dengan target price diatas Rp 75 ribu.)

Saya jarang merekomendasikan saham saham yang sering bergerak gila gilaan di bursa. Dan sekarang dia berkata saya kembali membeli Coca Cola (KO) yang tergolong saham membosankan. Dia bertanya mengapa saya tidak masuk ke Apple (AAPL) meski saya seorang fans berat MacBook, iPod dan iPhone (can’t wait to have it). Atau mengapa saya tidak masuk ke Google (GOOG), Yahoo (YHOO) dan bergerak dalam range sangat besar.

Saat itu saya memberikan jawaban ringan. Saya bilang “Wah gue dah uzur bro, ga sanggup deg degan liat saham dari $200 turun ke $120 (AAPL). Kalo KO mah gw aman, naiknya bisa diprediksi. Kenaikan saham nya konsisten. Jadi ga perlu repot repot. Selama orang minum Coca Cola, gue yakin ama nih saham. Sedangkan GOOG dan YHOO, sumpe bro ampe skarang gw masih ga ngerti gimana mereka punya income. Kalo gue ga ngerti ngitung income nya, gimana gw bisa tau nilai nih saham sebenernya berapa.”

Tapi tetap nasabah saya itu bilang saya orang yang kolot. Ga ngerti investasi. Ketinggalan jaman. Tapi biarlah, toh tiap tiap orang memiliki pola investasi masing masing. Ada yang suka deg degan, tapi ada juga yang suka bisa tidur nyenyak seperti saya.

Tapi saya akan mencoba memberikan alasan saya secara singkat di sini. Dalam berinvestasi menurut saya yang penting adalah konsistensi, terutama dalam hal keuntungan yang kita terima. Semisal anda mau membeli sebuah perusahaan dan harus memilih satu diantara dua yang ditawarkan. Perusahaan A memiliki track record sales growth sebagai berikut :

Tahun 1 : 15%
Tahun 2 : 30%
Tahun 3 : -10%
Tahun 4 : 2%
Tahun 5 : -18%
Tahun 6 : 120%
Tahun 7 : 20%
Tahun 8 : -45%
Tahun 9 : anda berencana beli

Sedangkan Perusahaan B memiliki track record sales growth sebagai berikut :
Tahun 1 : 14.25%
Tahun 2 : 14.30%
Tahun 3 : 13.50%
Tahun 4 : 14.00%
Tahun 5 : 13.00%
Tahun 6 : 14.25%
Tahun 7 : 14.00%
Tahun 8 : 15%
Tahun 9 : anda berencana beli

Dari kedua perusahaan tersebut, mana yang hendak anda beli semisal harus memilih satu? Memang ini jawaban yang sangat dipengaruhi oleh sifat, kepribadian dan emosi masing masing kita. Namun saya kok yakin mayoritas akan memilih Perusahaan B meski masing masing perusahaan memiliki average sales growth sekitar 14%-14.25%. Alasan utamanya adalah satu; yaitu kita dapat membuat prediksi yang lebih menyakinkan atas sales growth di Perusahaan B dibanding Perusahaan A. Dan menurut saya prediksi ini sangat penting karena saat kita membeli suatu perusahaan, kita sebenarnya membeli prospek perusahaan itu dalam menghasilkan keuntungan di masa depan.

Dalam kasus Perusahaan A, kelihatannya kita akan lebih sulit menebak sales growth di masa depan dibanding Perusahaan B.

Begitu juga alasan utama saya membeli saham KO; konsistensi sehingga saya dapat memprediksi dengan tingkat keyakinan lebih tinggi dibanding saham YHOO, GOOG atau pun AAPL. (Namun jangan salah artikan saya benci ketiga saham teknologi tersebut. Saya malah sempat membeli saham AAPL di harga $175an dan menjual di $190an tepat dua minggu sebelum AAPL terjun bebas ke $120an. Nantikan TradeJournal saya yang akan membahas alasan & latar belakang saya membeli AAPL)

Intinya adalah saya sangat SUKA KONSISTENSI dan sangat BENCI KETIDAK PASTIAN.

TUJUAN UTAMA INVESTASI

Coba anda sekarang mengambil pinsil dan kertas kosong. Saya akan memberikan sebuah pertanyaan dan tolong anda jawab dengan jujur.

Pertanyaan saya adalah : “Menurut anda, apakah tujuan paling utama dalam berinvestasi (the ultimate goal of investing)?”
.
.
.
.

Coba pikirkan sebentar
.
.
.
.
Tidak usah terburu buru untuk scroll down mencari jawaban
.
.
.
.
Pikirkan dengan matang; apa sih tujuan utama dalam berinvestasi?
.
.
.
.
Saya tahu anda masih belum menuliskan jawabannya
.
.
.
.
Sekali lagi saya berikan kesempatan sebelum anda melihat jawabannya; tolong pikirkan menurut anda apa tujuan berinvestasi?
.
.
.
.
Sudah memberikan jawaban?
.
.
.
.
Mari kita liat jawabannya?
.
.
.
.

Saya tidak akan memberikan jawaban dari saya sendiri, tapi dari orang terkaya nomor satu di dunia. Jika saya yang menjawab rasanya kurang afdol karena saya belum kaya. Mari kita belajar dari orang terkaya di dunia yaitu Warren Buffett.

Ketika ditanya apa tujuan utama dalam berinvestasi, Buffett memberikan dua jawaban. Pertama, don’t loose your money. Kedua, see reason number one.

Buffett mengatakan bahwa tujuan berinvestasi itu sebenarnya agar kita tidak kehilangan uang. Baik dalam arti mengalami kerugian atau uang kita digerogoti inflasi. Sangat menarik Buffett tidak mengatakan tujuan investasi adalah MENDAPAT UNTUNG (saya yakin 90% menjawab ini di sepotong kertas tadi. Saya pun menulis demikian).

Ternyata orang terkaya di dunia mengatakan tujuan investasi yang utama adalah melindungi harta kita. Jika pola pikir seperti ini, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Awalnya saya sulit memahami hal ini. Menurut saya jawaban Buffett adalah JAWABAN YANG ANEH!!

Namun setelah berpikir lebih jauh akhirnya saya memahami pola pikir Buffett. Saya melihat dengan memiliki tujuan tersebut maka pola investasi kita akan :
1. Sangat berhati hati dalam memilih saham agar saham yang dipilih adalah saham yang secara fundamental bagus (ini menghindari membeli saham “yang katanya” mau ditarik)
2. Lebih memperhatikan kinerja perusahaan dibanding pergerakan harga saham (nantikan artikel saya yang berjudul Kiat Jitu Memilih Saham. Saya akan memberikan alasan mengapa yang perlu diperhatikan adalah kinerja perusahaan, bukan pergerakan harga saham).

Dengan pola pikir ini kita akan sangat berhati hati dalam berinvestasi. Menjadi lebih serius dalam memilih saham. Karena ini harta kita. Kalau sampai ceroboh memilih saham maka akan rugi. Kalau rugi maka harta kita akan berkurang. Kalau harta berkurang artinya kita MENJADI LEBIH MISKIN SETELAH BERINVESTASI dibanding sebelum berinvestasi. Lah kalo setelah berinvestasi jadi lebih miskin ngapain dong kalo gitu investasi?

KONSISTENSI YANG KONSISTEN

Artinya, saat kita berinvestasi kita harus yakin pilihan yang kita ambil akan menambah kekayaan kita, bukan malah mengurangi. Untuk itu ikuti nasihat Buffett, jangan sampai kehilangan uang.

Entah benar entah salah, saya berpendapat salah satu cara untuk jangan sampai kehilangan uang adalah dengan memilih investasi yang kita yakin akan menambah uang kita. Bagaimana kita yakin? Dengan memilih investasi yang KONSISTEN dapat kita prediksi tingkat keuntungannya. Dan sayangnya, hampir sebagian besar saham yang masuk kategori ini adalah saham saham yang menurut nasabah saya itu boring.

Namun sekali lagi saya tidak salah kan dia. Kami hanya berbeda pola investasi. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Kembali tujuan investasi adalah jangan sampai kehilangan duit. Jika dia bisa memilih saham saham exotic dan tidak kehilangan uang … ya wes monggo. Namun saya pribadi adalah orang yang sangat bodoh dalam menilai saham exotic. Saya sulit mengerti kenaikan harga BUMI apakah karena kinerja operational nya yang bagus, ataukah karena kenaikan harga batu bara, ataukah karena business restructuring saat menjual 30% saham anak perusahaannya, ataukah karena laba/rugi selisih kurs, ataukah karena “katanya bandar” mau ditarik ke Rp 10,000 (entah apapun ini artinya)? Saya sulit mengerti. Mending disclaimer aja dah. Tapi semisal suatu saat saya dapat mengerti BUMI, tentu saya tidak akan ragu ragu untuk investasi di sini.

Buat saya, kinerja perusahaan yang bagus harus berasal dari kinerja operasional dan bukan dari yang lain nya. Kalau mau menilai kinerja seorang tukang baso ya harus dari berapa mangkok yang berhasil dia jual. Kan sangat aneh kita bilang kinerja tukang baso bagus karena dia sering jual beli gerobak baso (makanya saya sangat tidak mengerti mengapa perusahaan yang kerjanya jual beli anak perusahaan dibilang bagus.) Tapi ini memang pandangan pribadi saya lo. Seperti yang saya sering bilang, I’m just a very simple man. My brain cannot understand complicated things. Kalo tukang baso ya jualan baso, jangan jual beli gerobak baso.

Sehingga menurut saya, suatu saham yang memberikan konsistensi adalah saham yang sesuai dengan tujuan utama investasi; yaitu tidak kehilangan duit.

POWER OF COMPOUNDING

Saya akan memberikan ilustrasi atas pentingnya suatu konsistensi dalam jangka panjang. Namun sebelum saya sampai ke sana saya ingin bertanya sesuatu. Bayangkan anda membeli suatu saham XYZ hari ini. Eh ternyata besok saham anda turun 50%. Namun untungnya di hari ketiga saham anda kembali naik 50% (hari 1 beli, hari 2 turun 50%, hari 3 naik 50%). Pertanyaannya adalah : apakah saat hari ketiga saham anda naik 50% anda akan kembali modal?

Jika anda menjawab “ya” sayang anda salah. Bayangkan di hari 1 anda beli saham XYZ seharga Rp 1,000. Hari kedua turun 50% menjadi Rp 500. Hari ketiga naik 50% (50% dr Rp 500 = Rp 250) maka saham anda menjadi Rp 750. Loh masih rugi dong. Hahahahaa …. Bingung?

Ternyata jika saham anda turun 50%, maka untuk kembali modal perlu naik 100%.

Coba kita ambil contoh pergerakan dua macam harga saham. Yang satu konsisten yang satu sangat volatile meski sama sama memiliki average yang sama.

eugene-compound

Dalam contoh di atas masing masing memiliki average growth 3%. Namun coba kita lihat untuk saham Konsisten saat anda membeli $1,000 dan dengan average growth 3% pada tahun kelima saham anda bernilai $1,159. Sedangkan pada saham volatile meski average growth sama sama 3% namun pada tahun kelima saham anda hanya bernilai $207.

Inilah mengapa saya SANGAT MENYUKAI KONSISTENSI dan TIDAK SUKA KETIDAK PASTIAN.

Nah sekarang coba anda bayangkan saat ini anda berumur 25 tahun dan berencana melakukan investasi senilai $1,000 (Rp 9 juta dengan kurs IDR/USD = Rp 9,000) sebagai uang pensiun anda saat umur 55 (masa investasi 30 tahun). Anggap saja average return per tahun 15% maka uang anda akan berkembang menjadi :

Tahun 1 : $1,150 (Rp 10,350,000)
Tahun 5 : $2,011 (Rp 18,102,214)
Tahun 10 : $4,045 (Rp 36,410,019)
Tahun 20 : $16,366 (Rp 147,298,836)
Tahun 30 : $66,6211 (Rp 595,905,947)

Dalam 30 tahun uang anda bertumbuh sebesar 6,621%.

Coba sekarang bayangkan investasi awal anda sebesar $10,000 (Rp 90 juta) dan anda bisa menghasilkan average return 20% per tahun. Dalam tahun ke 30 uang anda akan berkembang biak menjadi $2,373,763 (Rp 21,36 milyar) atau bertumbuh 23,737% … ya DUA PULUH TIGA RIBU PERSEN.

Disini terlihat bagaimana konsistensi merupakan cara kita memiliki pohon duit. Yang penting bagaimana anda KONSISTEN selama 30 tahun memperoleh return 20%.

MENGAPA SAYA SUKA ‘BORING’ STOCK

Mengapa saya suka saham yang membosankan? Pertama, saya dapat memprediksi konsistensi dari saham jenis ini. Kedua, dengan menggabungkan power of compounding maka saya akan memiliki pohon duit.

Masih ingat saat saya membeli saham Coca Cola (KO) kemarin. Ringkasnya saya membeli saham KO di harga $60.14 sebanyak 100 lembar (jumlah saham & kontrak option disamarkan) serta melakukan sell call option VKOAN strike price $70 yang akan jatuh tempo January 2009 di harga $1.35 sebanyak 1 kontrak.

Modal atas kedua transaksi terbut adalah $6,014. Dalam trading plan saya, rata rata keuntungan yang saya harapkan per tahunnya sebesar 15.87%.

Mari kita masukan dalam pohon duit kita. Uang saya akan berkembang biak :

Tahun 1 : $6,968
Tahun 5 : $12,560
Tahun 10 : $26,234
Tahun 20 : $114,441

Saya berencana pensiun pada umur 55 (20 tahun dari sekarang). Saat itu saham KO saya akan bernilai $114,441 atau naik 1,902%!!!!

20 tahun lalu orang minum Coca Cola dan saya yakin dalam 20 tahun ke depan orang masih minum Coca Cola sehingga KONSISTENSI sales growth KO dapat saya prediksi dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding Google (20 tahun lalu mungkin belum banyak orang yang mengenal search engine; siapa yang menjamin 20 tahun ke depan orang masih membutuhkan search engine).

Karena alasan ini saya sangat suka kepada saham yang membosankan. Tidak perlu pusing! KONSISTENSI dan PREDICTIBILITY … itulah jawabannya. Saya dapat memPREDICT growth dari saham yang membosankan dan saya yakin growth tersebut akan KONSISTEN dalam jangka waktu investasi saya.

PENUTUP

Ada dua cara untuk sukses berinvestasi dalam saham. Cara pertama, anda tiap tahun mencari dan menebak exoctic stock tahun ini apa. Apa saja saham yang “katanya” mau ditarik bandar? Jika ini saya lakukan, maka setiap tahun selama 20 tahun saya harus pusing mencari, menghitung dan menebak mau beli saham apa saja. Dan saya berharap selama 20 kali memilih saham saya tidak pernah salah. Karena kalau sampai salah, ingat untuk mengembalikan kerugian tahun ini maka tahun depan keuntungan harus dua kali lipat (jika minus 50% maka butuh plus 100% untuk balik modal).

Atau ada cara kedua. Saya hanya perlu mencari saham yang membosankan, saham yang produknya dalam 20 tahun lalu dibutuhkan dan dalam 20 tahun ke depan masih dibutuhkan. Dalam hal ini dalam 20 tahun saya hanya perlu berpikir sekali saja (bagiamana memilih saham jenis ini akan saya tulis dalam artikel berikutnya).

Cara pertama, mikir 20 kali dalam 20 tahun. Pusing 20 kali dalam 20 tahun. Cara kedua, mikir satu kali dalam 20 tahun. Pusing satu kali dalam 20 tahun.

Apapun pilihan anda, pastikan sesuai dengan karakter anda. Tidak ada cara yang benar dan salah dalam pola investasi. Apapun polanya, tujuan akhir haruslah melindungi harta anda. Namun untuk saya sendiri, saya memilih cara kedua. Selamat berinvestasi. DISCLAIMER.

Salam Sejahtera,

Danny Eugene

Source: Courtesy of Danny Eugene

Kinerja Reksadana Terbaik Berdasarkan Return

Posted in Investing Resources, My Corner, Useful Tools by ilmusaham on March 27, 2008

Sumber Informasi Performansi Reksadana yang resmi adalah di website bapepam. Data yang diperoleh berupa data xls yang bisa kita olah sendiri.

Selain itu, jika tidak ada waktu untuk mengolah sendiri, tersedia juga sumber informasi sekunder seperti portalreksadana.com, yang saya sudah cek cukup ter-update. Tools bisa di klik pilihan periodenya s/d bulanan dan tahunan.

Contoh result:

Saham

No Produk Return
(%)
1 ABN AMRO Indonesia Equity Value Fund 0.00
2 Si Dana Saham 0.00
3 Panin Dana Maksima -7.49
4 Reksadana Big Palapa -9.59
5 OPTIMA SAHAM -10.10
6 REKSA DANA SCHRODER DANA ISTIMEWA -10.52
7 REKSA DANA NIKKO SAHAM NUSANTARA -11.15
8 MAHANUSA DANA EKUITAS -11.41
9 REKSA DANA EURO PEREGRINE EQUITY -11.47
10 Reksadana Big Nusantara -11.87

Semoga berguna.

Day Trading using Pivot Point Bounce

Posted in Investing Resources, Trading Resources by ilmusaham on March 26, 2008

From Adam Milton,
Your Guide to Day Trading.

Introduction

The pivot point bounce trading system uses a short term timeframe and the standard daily pivot points, and trades the price moving toward, and then bouncing off of any of the full or half way pivot points.

Pivot points are support and resistance levels that are calculated using the open, high, low, and close of the previous trading day. The pivot points include the pivot point itself, six full support and resistance points, and four half way support and resistance points, and are collectively referred to as the pivot points. When the price approaches a pivot point (especially for the first time in each direction), it will have a tendancy to reverse, and it is this reversal that is used by the pivot point bounce trading system.

The default trade uses a 1 to 5 minute OHLC (Open, High, Low, and Close) bar chart, and the daily pivot points.

  1. Introduction
  2. Open a Chart
  3. Add the Pivot Points
  4. Wait for the Price to Move Towards a Pivot Point
  5. Wait for the Price to Touch the Pivot Point
  6. Enter your Trade
  7. Wait for your Trade to Exit
  8. Repeat the Trade
  9. Trading Reports

Open a Chart

Open a 1 minute OHLC (Open, High, Low, and Close) bar chart of your market.

PivotPointBounce_1.png

Add the Pivot Points

Add the daily pivot points.

PivotPointBounce_2.png

Wait for the Price to Move Towards a Pivot Point

Watch the market, and wait until the price is moving toward a pivot point. For a long trade, the price bars should be making new lows as they move towards the pivot point, and for a short trade the price bars should be making new highs as they move towards the pivot point.

PivotPointBounce_3.png

Wait for the Price to Touch the Pivot Point

Wait for the price to touch the pivot point, which happens when the price trades at the pivot point price.

PivotPointBounce_4.png

Enter your Trade

Enter your trade when the high (or low) of the first price bar that fails to make a new low (or high) is broken. The following list shows the steps required for both long and short entries :

Long Trade

  1. Price bar touches the pivot point
  2. Subsequent price bar fails to make a new low
  3. Subsequent price bar breaks the high of the previous price bar

Short Trade

  1. Price bar touches the pivot point
  2. Subsequent price bar fails to make a new high
  3. Subsequent price bar breaks the low of the previous price bar

In the trade shown on the chart below, the bar that failed to make a new high is shown in white. The entry is when the subsequent price bar breaks the low of the entry bar, which is at 7217.0, with a target of 7207.0, and a default stop loss of 7222.0.

The stop loss can be adjusted to use either the pivot point as the stop loss, or the high (or low) of the entry bar as the stop loss, depending upon the market being traded.

There is no default order type for the pivot point bounce trade entry, but for the DAX the recommendation is a limit order.

As soon as your entry order has been filled, make sure that your trading software has placed your target and stop loss orders, or place them manually if necessary. There is no default order type for either the target or stop loss, but for the DAX (and usually for all markets), the recommendation is a limit order for the target, and a stop order for the stop loss.

PivotPointBounce_5.png

Wait for your Trade to Exit

Wait for the price to trade at your target or at your stop loss, and for either your target or stop loss order to get filled. The pivot point bounce trade can take anywhere from a few minutes to a couple of hours to reach your target or stop loss. Depending upon the market being traded, the target could be adjusted to be the next pivot point, and the stop loss could be adjusted to break even at a suitable time.

The targets that are shown on the chart are at 7212.0 (10 ticks), and 7207.0 (20 ticks), both of which were filled by this trade.

If your target order has been filled, then your trade has been a winning trade. If your stop loss order has been filled, then your trade has been a losing trade.

PivotPointBounce_6.png

Repeat the Trade

Repeat the trade from step 4, as many times as necessary, until either your daily profit target is reached, or your market is no longer active.

Trading Reports

The pivot point bounce trading system will be reported in the blog, and you can use these trading reports to follow the pivot point bounce trade, and also to compare it to your own trading.

If you have any questions about the pivot point bounce trading system, or would like to see additional charts of the trading system, leave a comment in the blog, and I will be glad to provide additional information.

Warren Buffett Geser Posisi Bill Gates

Posted in Investing Resources by ilmusaham on March 18, 2008

Jum’at, 07/03/2008

NEW YORK (SINDO) – Warren Buffett, investor Amerika Serikat (AS) yang juga pemimpin Berkshire Hathaway Inc, menggeser posisi pendiri Microsoft Corp Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia.

Majalah Forbesdalam laporan terbarunya yang terbit Rab (5/3) memperkirakan kekayaan Buffett mencapai USD62 miliar (Rp560 triliun).

Pengusaha telekomunikasi asal Meksiko Carlos Slim berada di posisi kedua dengan kekayaan USD60 miliar. ”Kini Gates berada di peringkat ketiga setelah 13 tahun berada di peringkat pertama. Kekayaan Gates diperkirakan sekitar USD58 miliar,” ungkap CEO Forbes, Steve Forbes.

Menurut Forbes, keberhasilan Buffett menduduki posisi pertama merupakan pencapaian yang sangat penting.”Keberhasilannya itu terjadi saat krisis keuangan melanda dunia dan Buffett telah mulai menjadikan perusahaan dalam kegiatan amal,”papar Forbes. ”Meskipun dia (Buffett) menyumbangkan sejumlah keuntungannya tiap tahun, saham Berkshire Hathaway, sumber kekayaan Warren Buffett,terus meningkat pesat.” ”Kekayaan Buffett meningkat USD10 miliar dalam kalender tahun lalu,”ungkap Forbes.

Buffett sering disebut sebagai Sage of Omaha oleh para investor karena dia hanya berinvestasi pada perusahaan-perusahaan besar yang mudah dimengerti bisnisnya, mendominasi pasar saham, serta memiliki pendapatan konsisten dan manajemen kuat. Pada awal 1960-an, Buffett mulai berinvestasi di Berkshire yang saat itu merupakan perusahaan pembuat tekstil. Sejak diambil alih, Berkshire dijadikan perusahaan induk untuk lebih 50 perusahaan mulai dari perusahaan cat Benjamin Moore, es krim Dairy Queen hingga pakaian dalam Fruit of the Loom dan pisau Ginsu.

Gates telah berada di posisi pertama orang terkaya dunia sejak 1995.Saat itu dia menggeser kedudukan Yoshiaki Tsutsumi, pengusaha real estat asal Jepang.Tsutsumi keluar dari daftar orang terkaya dunia tahun lalu setelah menerima vonis penjara atas perjanjian keuangan palsu dan insider trading pada 2005. ”Harga saham Microsoft merosot sejak sebelum perusahaan milik Gates itu mengumumkan rencana akan membeli Yahoo senilai USD44,6 miliar pada 31 Januari,” ujar Forbes yang melakukan pemeringkatan berdasarkan harga saham 11 Februari 2008.

Jika harga saham Microsoft tidak merosot terlalu banyak, Gates diperkirakan tidak akan terlalu jauh peringkatnya dari Buffett. Adapun Carlos Slim merupakan mantan pemain saham yang dikenal sering membeli perusahaan murah, sedang berkembang, dan menjadikannya mesin pencetak laba. Slim membangun perusahaannya dengan memprivatisasi eks perusahaan telepon Pemerintah Meksiko,Telmex. America Movil merupakan perusahaan pengembangan dari Telmex dan kini menjadi bendera bisnis Slim.

America Movil telah menjadi perusahaan telepon seluler terbesar di Amerika Latin. Sejumlah pemimpin industri teknologi AS lainnya turun peringkat dalam daftar Forbes. Larry Ellison, CEO dan pendiri Oracle, turun ke peringkat 14 tahun ini, dari peringkat 11 tahun lalu.

Sementara pendiri bersama Microsoft Paul Allen juga turun ke peringkat 41 dari peringkat 19 pada tahun lalu. Pendiri Google Sergey Brin dan Larry Page tetap berada dalam daftar orang terkaya dengan kekayaan masing-masing USD18,7 miliar dan USD18,6 miliar.

Mereka berada di peringkat 32 dan 33. Menurut Forbes sebagian besar dari 10 orang terkaya dunia tetap berasal dari industri berat dan komoditas. Peringkat 4 ditempati Lakshmi Mittal, pengusaha baja, tempat kelima Mukesh Ambani pengusaha minyak, dan tempat keenam Anil Ambani, saudara Mukesh yang merupakan pengusaha di bidang listrik dan komunikasi. Oleg Deripaska, pemilik perusahaan alumunium, berada di peringkat 9. Dua pengusaha ritel berada dalam daftar 10 orang terkaya dunia.
Yang pertama adalah pendiri Ikea, Ingvar Kamprad dari Swedia, di peringkat 7.Kedua, pendiri toko diskon asal Jerman, Aldi, Karl Albrecht di peringkat 10. Pengembang real estat India KP Singh di peringkat 8. Khusus di Asia Pasifik, Australia memiliki jumlah lebih banyak miliarder di Asia Pasifik dengan 14 miliarder. Diikuti 12 milialder asal Korea Selatan (Korsel) dan delapan miliarder asal Malaysia.

Lalu, tujuh miliarder asal Taiwan. Dari Indonesia dan Singapura masing masing ada lima miliarder. Kemudian tiga miliarder dari Thailand dan dua miliarder dari Filipina. ”Total kekayaan 1.125 miliarder dunia mencapai USD4,4 triliun. Daftar miliarder itu meningkat dua kali lipat dalam empat tahun terakhir,” ungkap majalah Forbes. Menurut Forbes, ada 469 miliarder AS dengan total kekayaan USD1,6 triliun. Sementara itu ada 656 miliarder yang tinggal di luar AS dengan total kekayaan USD2,8 triliun.

”Rusia menjadi wilayah kedua terbesar sebagai tempat tinggal 87 miliarder dan Moskow kini menjadi pusat miliarder terbanyak di dunia. Ibu kota Rusia itu kini menjadi tempat tinggal lebih banyak miliarder dibandingkan Kota New York,” ungkap majalah Forbes. India, China, dan Turki juga menjadi tempat tinggal terbanyak dari para miliarder.

Miliarder termuda dunia berusia 23 tahun, Mark Zuckerberg, merupakan pendiri situs jaringan sosial Facebook. Forbes memperkirakan jumlah kekayaannya USD1,5 miliar. ”Dia merupakan miliarder termuda yang pernah muncul dalam daftar peringkat miliarder dunia Forbes,”ungkap majalah itu. Zuckerberg berada diperingkat 785 dari seluruh daftar orang terkaya dunia versi Forbes. Kalkulasi Forbes itu juga berdasarkan nilai investasi Microsoft sebesar USD240 juta tahun lalu di Facebook.

Source: SINDO

Sukses Berinvestasi Ala Buffet

Posted in from CLUB, Investing Resources by ilmusaham on March 13, 2008

SUKSES BERIVESTASI ALA BUFFETT

Diringkas oleh “SuWARENo BUdi FETiyoso”

1. PILIHLAH KESEDERHANAAN BUKAN KOMPLEKSITAS

Banyak orang percaya bahwa berinvestasi di pasar modal itu rumit, misterius dan penuh resiko, sehingga hanya mereka yang berpengetahuan dan berpendidika tinggilah yang mampu melakukannya. Seringkali mereka jadi tergantung pada rumus-rumus matematika rumit, program computer yang canggih, grafik dan analisa teknikal yang sulit. Warren Buffet telah menunjukkan bahwa semua hal itu hanyalah mitos.

Prinsipnya dalam memilih suatu saham amat sederhana, yaitu pilihlah saham dari perusahaan yang bisnisnya solid, mudah dipahami, telah bertahan lama dan terbukti menguntungkan. Ia tidak pernah berinvestasi pada bisnis yang tidak ia pahami. Misalnya perusahaan dotcom atau hitech, akan dihindarinya. Prinsipnya adalah cari perusahaan yang bagus fundamentalnya, dikelola oleh tim yang solid dan jujur, serta harga sahamnya dibawah harga seharusnya.

2. PUTUSKAN SENDIRI INVESTASI ANDA

Waren yakin bahwa tiap orang bisa sukses berinvestasi tanpa bantuan pialang, pakar pasar modal dsb. Alasannya, investor atau pakar professional ingin menumbuhkan anggapan bahwa berinvestasi di pasar modal terlalu rumit bagi kebanyakan orang, karena ini berarti bagus bagi bisnis mereka. Berapa banyak kita dengar bawa seseorang yang mempercayakan uang pensiun atau tabungannya yang menyusut banyak gara-gara dipercayakan kepada pialang atau manajer investasi yang bertransaksi sebanyak banyaknya pada saham yang salah untuk mengejar komisi ?

Cuma diperlukan sedikit pengetahuan akuntansi dan pasar keuangan untuk bisa menemukan saham yang dalam istilah Buffett ”mencari selembar uang Dollar yang dijual seharga 40 sen“. Hal ini berarti tiap orang perlu fokus pada investasi nilai, tanpa harus tergantung pada orang lain. Mulailah dengan banyak membaca jurnal dan laporan keuangan dalam majalah atua surat kabar.

3. PERTAHANKAN TEMPERAMEN YANG TEPAT

Apa yang akan Anda lakukan ketika perusahaan yang saamnya Anda pegang sedang dalam masa yang buruk ? Akibat perubahan peraturan pemerintah misalnya. Coba lihat saham TLKM atau ISAT yang dapat mewakili situasi ini. Dikoran-koran tertulis rekomendasi “jual” atau hindari dulu saham ini. Reaksi dan respon Anda terhadap perkembangan-perkembangan ini memainkan peranan yang sangat besar dalam menentukan kesuksesan investasi Anda. Investor yang bijak akan tetap tenang dalam menghadapi peristiwa-peristiwa negative. Buffett sama sekali tidak menjual sama Washington Post yang di miliki, ketika masa resesi Amerika tahun 1960, melewati masa perang, sampai akhirnya sekarang saham Wasington Post telah naik harga beribu-ribu persen dari harga semula. Sarannya di sini adalah beli dan pertahankan saham–saham dari perusahaan yang hebat, dan pertahankanlah bertahun-tahun. Tutup mata telinga dari berita, rumor dan analisa negative tentang saham ini.

4. BERSABARLAH

Berpikirlah untuk 10 tahun mendatang dan bukan untuk 10 menit ke depan. Saran Buffett, jika Anda tidak siap memegang suatu saham untuk satu decade, lebih baik jangan pernah membeli saham tersebut. Bayangkanlah seolah-olah Anda membeli saham, dan keesokan harinya bursa akan tutup selama lima tahun. Perlu diingat bahwa beberapa pasar benar-benar bermusuhan dengan orang yang suka keluar masuk, dan cukup ramah terhadap mereka yang membeli dan mempertahankan. Hal ini dikarenakan keluar masuk, selain akan meningkatkan biaya transaksi seperti broker fee dan VAT, juga mereka seringkali kehilangan moment ketika harga saham naik secara besar-besaran, akibat “peluru” nya “ “nyangkut” karena sudah keburu dibelikan saham lain dan nilainya makin lama makin kecil karena kebanyakan Cut Loss.

5. BELILAH BISNIS, BUKAN SAHAM

Menurut Buffett, salah satu faktor penting dalam sukses berinvestasi adala mengigatkan diri Anda bahwa Anda sedang membeli sebagian andil dari bisnis yang benar-benar ada. Lembaran saham itu sendiri sebenarnya tidak ada artinya. Sebab saham hanyalah representasi dari perusahaan. Yang hasrus Anda pikirkan ketika terjun membeli saham sebuah perusahaan bukanlahgrafik analisa teknikal, berita Bloomberg atau table dan grafik di Wall Street. Yang Anda harus pikirkan adalah “nilai” dan knerja di balik sebuah bisnis. Buffett selalu mempertimbangkan 4 hal sebelum memutuskan untuk membeli saham, yaitu :

1. Bisnis yang dia dapat mengerti

2. Perusahaan dengan prospek jangka panjang yang menguntungkan

3. Manajemen yang jujur dan kompeten

4. Harga (saham) nya sangat menarik

Dapat disimplkan disini bahwa: Membeli saham adalah bagian dari bisnis. Karena itu jangan membeli saham karena pergerakan harganya, dan lakukan analisa fundamental sebelum membeli saham apapun.

6. CARILAH PERUSAHAAN YANG MENONJOL DIANTARA INDUSTRI

Waren selalu ingin mencari dan membeli bisnis yang langgeng, yang mendominasi pasarnya, sehingga lebih menjamin kesuksesannya, dimana produk tersebut ; diperlukan orang banyak, tidak membutuhkan modal yang berlebihan, tidak banyak barang pengganti yang sejenis dan tidak banyak terpengaruh oleh regulasi harga. Namun tentu saja semua itu dieksekusi sambil menunggu sampai harga saham perusahaan tersebut dianggap wajar. Disarankan agar Anda membuat daftar saham-saham yang Anda incar, lalu lakukan monitoring harganya sesering mungkin, sampai harganya mencapai harga yang Anda anggap bagus dan wajar, lalu….hap..!!! Sang serigalapun mendapat mangsa empuk.

7. BELI PERUSAHAAN BERTEKNOLOGI RENDAH, BUKAN BERTEKNOLOGI TINGGI

Waren amat menjauhi saham-saham perusahaan berteknologi tinggi dan saham perusahaan internet, karena perubahan teknologi yang makin cepat membuat perusahaan sejenis ini mudah tertinggal zaman dan tertinggal pesaing yang mengakibatkan ambruknya bisnis. Ia lebih memilih saham dari perusahaan bata, perusahaan cat, karpet dan perusahaan mebel yang memiliki bisnis yang mudah dimengerti dan arus kas yang mudah diprediksi. Perusahaan semacam itu bisa bertahan sampai 100 tahun lagi, karena menghasilkan produk yang bisa dikatakan tidak mudah ketinggalan zaman. Kejatuhan banyak perusahaan dotcom seperti Etoys.com, Pets.com, RX.Com, World.com dsb memperkuat alibi Waren. Bagaimana menurut Anda dengan Microsoft , Yahoo dan Google? Nasehat Buffett; jangan tergoda dengan transaksi yang menawarkan kekayaan secara cepat, yang melibatkan perusahaan yang relative rumit (misalnya perusahaan berteknologi tinggi), perusahaan semacam ini sulit diprediksi dalam jangka panjang. Hindarilah bisnis dalam industri yang terus berubah, dan bernvestasilah pada bisnis-bisnis generasi “perekonomian lama”. Dan terakhir, ingatlah bahwa perlu waktu puluhan tahun bagi perusahaan untuk menjadi besar.

8. KONSENTRASIKAN INVESTASI SAHAM ANDA

Hampir semua ahli menyarankan untuk melakukan diversifikasi, yaitu memiliki banyak aham dari banyak perusahaan agar jika saham tertentu jatuh, tidak akan menghancurkan seluruh potofolio yang Anda miliki, namun Buffett berpendapat lain. Jika Anda telah menemukan saham yang tepat, mengapa harus membeli sedikit ? Begitu katanya. Beli 5 sampai 10 saham yang bagus dengan harga yang bagus, dan belilah sebanyak Anda mampu. Disini ia memberi contoh ketika membeli $144 juta untuk saham Petro China- perusahaan minyak China. Tanpa diduga, sekarang sahamnya bernilai $1,2 milyar. Menurutnya, seseorang cukup menginvestasikan seluruh hartanya pada 3 perusahaan yang baik (dengan harga beli yang baik tentunya), secara jangka panjang, maka bisa dipastikan ia bakal kaya raya. Ini juga diontohkan Buffett dengan memiliki 474.998 lembar saham satu perusahaan, Berhshire Hathaway yang dipegangnya selama puluhan tahun. Sekarang harga perlembar saham tadi adalah $138.000 PER LEMBAR. Silahkan hitung sendiri berapa hartanya dari saham 1 perusahaan saja. Itulah kenapa waren Buffett sekarang menjadi orang terkaya no. 3 sejagat.

9. TERAPKAN KETIDAKAKTIFAN BUKAN HYPERAKTIVITAS

Energi yang dikeluarkan bursa saham betul-betul luar biasa. Di IHSG, 3 – 7 triliun Rupiah berputar setiap hari. Apalagi dalam keadaan extreme bullish atau bearish. Dimana suasana yang hangar binger ini amat menulari para pemain saham. Banyak dari lembaga keuangan dan reksadana yang betindak tanpa control, mengubah portofolio mereka setiap hari. Jika para Manager Investasi yang notabene melek dunia saham dan paham berbagai analisa fundamental an teknikal saja bisa ikut tertular virus trading saham , apalagi kita yang awam? Buffett menyatakan, “ketidakaktifan adalah perilaku yang cerdas” . Sebab, menurutnya, investor sejati dapat menghasilkan uang, walaupun ia sedang tidur. Hal ini dibuktikannya dengan tetap memegang saham Coca Cola sejak tahun 1994, American Express sejak tahun 1998, dan Washingto Post sejak tahun 1973, TANPA DITRADINGKAN LAGI. Benar-benar suatu pola yang tdak disukai para trader. Ia mempunyai alasan bahwa trading terlalu sering bisa merugikan akibat sulitnya mengontrol diri, juga timbulnya biaya-biaya trading yang tidak kita sadari, seperti fee beli, fee jual, pajak, dsb..dsb, yang ujung-ujungnya mengurangi keuntungan kita.

10. JANGAN MELIHAT TICKER

Saya pribadi selalu melakukan “sarapan“ dengan memantau harga terakhir bursa –bursa regional, sebelum jam bursa mulai. Ketika jam perdagangan dimulai , tiap 5 – 10 menit, pasti mata melihat ke computer memantau pergerakan harga saham andalan saya. Apakah hal ini juga dilakukan oleh Waren selaku investor kelas paus? Jawabnya adalah TIDAK. Jadi bagaimana cara dia memantau pergerakan harga sahamnya? IA TIDAK PERNAH MELAKUKANNYA. Komputernya lebih banyak digunakan untuk main Bridge daripada memantau harga saham.

Menurutnya, kita tidak perlu menggubris pegerakan harga saham untuk jangka pendek jika kita telah memilih perusahaan yang tepat. Jika kita telah memiliki saham dalam bisnis yang hebat, jangka pendek tidak terlalu penting. Bagaimana seandainya harga sahamnya yang tidak pernah dipantau, tiba-tiba terjun bebas akibat bursa crash diterjang badai resesi? Gampang. Itulah saat yang tepat untuk nambah lagi porsi sahamnya, karena harganya jadi lebih murah. Menurutnya, daripada waktu Anda dihabiskan memelototi pergerakan harga saham yang bikin jantung ber”aerobic “, lebih baikfokus memantau kinerja bisnis erusahaan tersebut, yang meliputi manajemen, arus kas, pendapatan dll. Warren Buffett tidak pernah tahu berapa harga jual saham Berkshire Hathaway perusahaannya sekarang atau berapa harga jualnya besok. Ia hanya peduli pada harga jual satu decade kedepan yang akan menggambarkan nilai sejati perusahaannya.

11. LIHATLAH PENURUNAN HARGA SEBAGAI PELUANG MEMBELI

Tahukah Anda bahwa keadaan resesi seperti sekarang ini di Amerika juga pernah terjadi di masa lalu, yaitu tahun 2004, dimana Dow Jones jatuh hamper 150 point. Waktu itu laporan mengenai lapangan kerja, amat mengecewakan, harga minyak dunia terus membumbung, sehingga yang tejadi adalah, investor berlomba mengobral sahamnya. Justru saat inilah Buffett melhat peluang untuk membeli saham-saham perusahaan bagus dengan harga mura. Ingat, walaupun fundamental saham tersebut bagus, namun energi bullish atau bearish itu sangat menular, sehingga tanpa mengerti keadan sesungguhnya, tiap orang panic dan berlomba jualan saham. Saham Wahington Post, Geico dan Wells Fargo Bank adalah contoh bagaimana si tua Buffet menyambar kesempatan itu. Pada tahun 1973, saham Washington Post turun hingga $6 per lembar, Buffet menambar kesempatan itu dengan membenamkan uang senilai $10,6 juta (uang segini tahun 1973 bisa buat beli 1 propinsi kali?). Sekarang, lebih dari 30 tahun kemudian, harganya telah menjadi $900 perlembar, belum lagi kalau ada stock split, maka jumlah saham si Buffett pasti berlipat ganda. Ingat kata Buffett, “Takutlah ketika orang lain rakus, dan rakuslah ketika orang lain takut“.

12. JANGAN MEMUKUL SETIAP LEMPARAN BOLA YANG DATANG

Menurut mereka yang mengklaim diri mereka ahli dalam pasar saham, untuk menjadi investor yang sukses, berarti membuat banyak keputusan dalam berinvestasi. Buffett tidak setuju dengan pendapat ini. Katanya, walaupun hanya satu kali dalam setahun,membuat keputusan investasi yan bagus itu sudah cukup. Ia menganalogikan seperti bermain baseball, dimana untuk tiga kali kesempatan memukul bola, pukulah bola sekuat tenaga, jika memang momentum dan arahnya tepat, yang dalam istilahnya disebut sweet spot. Buffett hanya memandang setiap bola-bola yang terlempar, namun hanya memukul pada bola yang menuju sweet spot. Sweet spot disini adalah bisnis yang hebat dengan masa depan yang juga hebat, dijalankan oleh manajemen yang kompeten, serta dijual dengan harga yang bagus. Dan untuk mendapatkan sweet spot ini, buffet akan menunggu walaupun bertahun-tahun sebelum melakukan investasi.Ketika ada saham yang masuk kriterianya, ia akan mengayunkan pemukulnya, dan ia akan melakukannya dengan sekuat tenaga, ia investasikan banyak uang disini, dan hasilnya…. Grand Slam!

Sekedar catatan, saya masih ingat pada tanggal 22 Januari 2008, dimana saham BUMI dijual obral dengan harga Rp. 4.200 per lembarnya, UNTR Rp. 10.850 perlembar, sekarang, dalam waktu 1 bulan, coba Anda cek harganya? Tadi itulah Sweet Spot.

13. ABAIKAN YANG MAKRO; FOKUSLAH PADA YANG MIKRO

Menurut Buffet halhal besar dan trend trend yang besar yang berada di luar bisnis tidaklah penting, namun hal-hal kecil yang terkait dengan bisnislah yang berarti. Ada pameo yang menyaakan, jika Bang Ben (maksudnya Ben Bernanke gubernur The Fed) “ batuk” maka bursa saham di dunia pada demam. Demikian juga yang terjadi sekarang dimana ramai diberitakan dan diulas bertubi-tubi mengenai perlambatan ekonomi dunia dan AS yang menghadapi resesi.

Menurut Bufet, pendekatan konvensional pada permainan saham, memang mengandalkan peristiwa-peristiwa makro. Hal-hal seperti tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan peristiwa–peristiwa politik tampak sangat penting bagi para investor.

Untuk berinvestasi seperti Buffet, Anda harus mengabaikan peristiwa-peristiwa makro dan focus pada perusahan yang sahamnya anda pilih. Di sini, Mang Buffett justru menganjurkan kita untuk memakai kacamata kuda. Tidak mungkin setelah bersusah payah menganalisa sebuah perusahaan dan menunggu harga yang tepat untuk kemudian membeli sahamnya, lalu kita mengubah kebiakan kita gara-gara terdengar bisikan atau taksiran mengenai perekonomian. Memang kalau saya perhatikan, isyu-isyu mengenai peristiwa makro memang mempengaruhi harga saham secara jangka pendek, namun jika fundamental bisnis nya memang bagus, biasanya harga saham itu langsung bangkit dan terus naik. Ingat, peristiwa resesi Indonesia tahun 1997, 1998, Bom Bali, Bom Marriot, Indonesia turun peringkat untuk dunia investasi? Memang mempengaruhi saham ASII, TLKM dll untuk jangka pendek, namun coba lihat sekarang… harga sahamnya masih terbang ke langit biru.

14. PERHATIKAN BAIK-BAIK MANAJEMENNYA

Salah satu hal yan selalu menjadi focus perhatian Buffett adalah,” Siapa yang memegang kendali disini?“ Beberapa factor kunci yang perlu dicermati ketika melakukan penilaian adalah :

  1. Apakah tim manajemen selalu bekerja untuk pemegang saham? Atau memperaya diri sendiri dengan biaya perusahan. Misalnya dengan gaji yang berlebih, atau bonus fasilitas mewah lainnya.
  2. Apakah manajemen hemat, atau kelebihan beban karena boros?
  3. Apakah manajemen berdedikasi meningkatkan nilai pemegang saham?
  4. Apakah manajemen melakukan pembelian kembali saham (buy back) untuk kepentingan para pemegang saham (lihat BBCA dan Kalbe), juga menghindari penerbitan saham baru yang akan mengurangi porsi kepemilikan pemegang saham
  5. Apakah laporan perusahaan jujur dan tidak mengandung kecurangan? Atau financial engineering.
  6. Apakah manajemen menggunakan system akuntansi yang jujur atau kelihatannya menyembunyikan informasi yang benar?

Sekedar catatan banyak lho cara membuat laporan keuangan terlihat mengkilap, sbb :

  • Jual asset yang kurang produktif menjelang tutup tahun sehingga otomatis laba bertambah
  • Menggeser periode pencatatan biaya yang agak besar, jadi mundur atau dimajukan
  • Untuk IPO, laporan keuangan dibuat mengkilap. Untuk menghindari pajak, laporan keuangan dibuat agak memble.
  • Membesar-besarkan laba bersih. Padahal diperoleh dari keuntungan selisih kurs, atau keuntungan lain yang sifatnya temporer. Harusnya coba perhatikan juga laba operasionalnya.

Juga perlu diperhatikan, menurut Buffet, investor perlu mencurigai perusahaan yang membuat proyeksi–proyeksi jangka panjang yang manis-manis seperti proyeksi pertumbuhan atau proyeksi laba. Pada saat seorang eksekuti perusahaan mengklaim bahwa ia mengetahui masa depan perusahaan, itu berarti pertanda buruk. Dan jika ia benar-benar mencapai angka tersebut, itu benar-benar pertanda buruk. Sebab sangat dimungkinkan adanya manipulasi.

15. SANG KAISAR TIDAK PAKAI BAJU DI BURSA SAHAM

Jujur saja, kalau pagi hari yang saya cari adalah berita di Bloomberg , Reuters, dan tentu saja analisa teknikal dari brokerku. “Hari ini diperkirakan IHSG menembus batas resistance 2.788, setelah sebelumnya melakukan rebound dari batas suppoertnya di 2.674, secara indicator, Garis signal pada MACD 10 telah menembus garis 20 MA yang diikuti dengan gambaran candlestick Inverted Hammer pada beberapa saham pertambanan unggulan” Anda paham kalimat di atas? kalau saya sih paham. Atau pernahkah mendengan kalimat ini, “ Dapatkan system robot trading, yang akan melipatgandakan investasi Anda di bursa saham, tidak diperlukan keterlibatan emosi manusia di sini. Return yang didapat bisa 45% dalam setiap trading, dst…dst..

Menurut Buffet, “sang kaisar“ tidak mengenakan baju apapun dibursa. Baik itu yang berupa volume, grafik, analisa teknikal dsb. Bufett menekankan pada Nilai sebuah bisnis.

16. BERPIKIRLAH SECARA INDEPENDEN
Berpikir secara independent adalah salah satu kekuatan terbesar Buffett. Menurutnya “Anda benar atau salah bukan karena orang-orang setuju atau tidak dengan pendapat Anda. Anda benar karena fakta-fakta dan alasan yang Anda miliki adalah benar”.
Hal ini dicontohkan pada beberapa tahun lalu, saham-saham internet dan high tech berterbangan secara meteoric, bahkan mengalahkan saham-saham fortune 500 yang sudah lama berdiri. Tidak diragukan lagi, bahwa investor-investornya menikmati kenaikan laba yang luar biasa melalui saham saham yang mereka miliki. Pada saat yang sama, Berskshire Hathaway, perusahaan si Buffett menolak untuk membeli selembar sahampun dari perusahaan macam begini. Konsekwensinya, Buffett dicerca banyak orang dan dianggap begawan tolol. Fakta dan alas an Buffett jelas. Ia tidak memahami jalannya bisnis perusahaan internet. Karena itu ia menjauhinya. Hal ini terbukti ketika pada akhirnya index Nasdaq rontok sampai 75% akibat ambruknya saham-saham high tech ini, dan ratusan milliar Dollarpun menguap. Pelajaran yang bisa ditarik disini adalah Buffett mengandalkan fakta dan alasan dalam membuat keputusan investasi. Jadi jangan membuat kepetusan karena hal tersebut sedang popular atau karena takut berlawanan dengan arus. Inilah dasar-dasar Bandar menaklukan Anda dengan cara menggoreng saham.

17. TETAPLAH BERADA PADA KOMPETENSI ANDA

Ketika harus memilih untuk berinvestasi di bisnis apa, Waren Buffett dipandu oleh apa yang ia sebut “Lingkaran Kompetensi“, dimana lingkaran kompetensinya hanya terdiri dari saham-saham industri, dimana ia merasa nyaman untuk terlibat. Buffett tidak berinvestasi pada saham-saham high teknologi. Mengapa? karena saham-saham tersebut berada diluar kompetensinya.

Menurutnya, “kembangkan sebuah wilayah keahlian, beroperasilah pada wilayah itu, dan jangan menyesali diri karena kehilangan pelang yang muncul di luar wilayah itu”. Sejak tahun 1982, Buffet mencantumkan sebuah daftar “bisnis yang diinginkannya“, seperti :

  • Kapitalisasi pasar yang besar
  • Bisnis yang menunjukkan kemampuan yang konsisten dalam menghasilkan pendapatan
  • Bisnis yang menghasilkan ROE yang baik, dengan Debt Equity Ratio yang rendah
  • Bisnis dengan manajemen yang kuat
  • Bisnis yang sederhana, bukan hitech
  • Harga saham yang bagus dan menarik

18. ABAIKAN RAMALAN PASAR SAHAM

Kata om Buffett, ramalan jangka pedek mengenai harga sebuah saham atau obligasi tidaklah berguna. Ramalan itu justru lebih memberi Anda informasi mengenai peramalnya, dan bukan informasi masa depannya.

Buffett lebih suka focus pada kinerja bisnis, dan tidak terganggu oleh trend yang lebih besar yang dia yakini tidak mungki diramalkan secara akurat.

Menurutnya, ramalan hanya mengaburkan penilaia seseorang. Mengapa? Sebagian Karena ramalan tersebut menciptakan ilusi ketepatan, karena kelihatannya didasarkan pada data.

Nasehat Bufett disini adalah :

  • Hilangkan keterlibatan ramalan apapun dalam keputusan investasi Anda
  • Alihkan waktu yang akan anda gnakan ntukmendengarkan ramalan dengan menganalisis track record bisnis.
  • Kembangkan strategi investasi yang tidak tegantung pada seluruh pergerakan pasar.
  • Semakin bergejolak suatu pasar saham, semakin besar kemungkinan orang memanfaatkan ramalan, tapi pada saat itu pulalah ramalan punya peluang paling kecil untuk tepat .

19. PAHAMILAH MR.MARKET & MARGIN OF SAFETY

Mr. Market adalah sesuatu yang banyak berperan dan mendominasi dalam dunia saham. Ia merupakan masalah psikologis yang mempengaruhi harga yang dia tentukan. Jika ia sedang happy, ia hanya melihat hal-hal bagus saja dalam sebuah bisnis dan menetapkan harga yang tinggi pada surat berharganya, sehingga ia merasa takut anda membeli sahamnya denga harga terlalu murah. Disini ia menahan-nahan saham nya dan berharap harga harganya terus naik (kalau tiba-tiba harga nya malah jatuh, maboklah ia…).

Sebaliknya jika ia sedang sedih, ia tidak melihat apapun kecuali kesusahan dalam bisnisnya, dalam saat ini ia menetapkan harga yang murah atas sahamnya dan berharap anda membelinya. (ini adalah makanan empuk para Bandar yang sedang menjatuhkan harga).

Itulah Mr.Market, ia akan datang setiap hari bursa. Karena itu menurut Buffet Ana harus tahu situasi Mr.Market pada saat itu, dan JANGAN SEKALI-KALI SAMPAI BERADA DIBAWAH PENGARUHNYA. Kemuramannya dapat menular kesemua orang dan kegembirannya dapat memabukkan. Inilah yang menyebabkan panic selling dan pani buying. Setelah memahami Mr.Market, anda juga harus memasukkan margin of safety dalam kerangka berpikir anda. Margin of Safety adalah kondisi harga saham yang secara substansial lebih rendah dari nilai bisnisnya. Anda tidak ingin harga sahamnya teralu dekat dengan nilai bisnis sesungguhnya, harus cukup terdapat jarak antara keduanya, atau kita sebut margin yang besar. dalam isitilah Buffet, bagaimana kita mencari selembar uang Dolar seharga 40 sen di pasar saham. Situasi ini buka tidak pernah terjadi lho? Ingat tgl 22 januari, dimana harga saham pada diobral. Saa menilai margin of safety, gunakan konsep nilai intrinsic sebagai titik pangkal. Yaitu pengukuran dengan nilai-nilai yang benar-benar valid, untuk menentukan nilai riil dari sebuah harga saham.

20. TAKUTLAH SAAT ORANG LAIN TAMAK, DAN TAMAKLAH SAAT ORANG LAIN TAKUT

Kata-kata ini adalah petuah paling termasyhur dari Buffett. Ia sering memanfaatkan emosi yang mudah menular ini dengan bertindak berlawanan dengan sentiment yang sedang berkembang.

Dengan strategi ini, ia menghasilkan banyak uang ketika orang lain tidak sukses.

Pada awa 1970, terjadi peristiwa enurunan pasar yang terkenal. Orang ramai-ramai menjual sahamnya karena takut, indek Dow Jones terjun bebas dibaah 700, Buffett tentu saja bertindak lain. Ia melakukan investasi besar-besaran, dengan memborong saham-saham bagus dengan harga murah.

Namun kita juga tahu, bagaimana Buffet menjadi sangat penakut selama harga saham internet melonjak ketika orang-orang membelinya dengan tamak. Namun ia tidak kehilangan uang sepeserpun ketika akhirnya harga saham internet hancur yang menyebabkan kebangkrutan banyak orang.

Katanya, bersiaplah untuk betindak cepat ketika muncul peluang. Pada saat ini, ia menyamakan dirinya; pria hyperseks di rumah bordil ketika pada tahun 1971, indeks Dow Jones menembus batas terendah di 580.

21. BACA, BACA LAGI DAN BERPIKIRLAH

Sama seperti saya (ehm…) , Warren Buffet kira-kira setiap hari menghabiskan waktunya sekitar enam jam untuk membaca, satu dua jam untuk menelepon dan sisanya ia gunakan untuk berpikir. ( kapan waktu untuk “itu” ya…? ). Ia membaca Financial Times, Wall Street Journal, New York Times, PlayBoy…( husss…!!! ), majalah Fortune dsb yang dibaca untuk mendapatkan pengetahuan umum. Namun ia menitikberatkan pada beberapa perusahan yang terlintas dipikirannya. Dan ia akan mulai mencari info selengkap-lengkapnya tentang perusahaan tersebut dan industri yang terkait dengannya. Terutama, Laporan Keuangan. Ia selalu rutin membacanya. Jika ia mengincar sutau perusahaan, maka ia juga akanmembeli beberapa saham pesaing perusahan tersebut demi untuk mempelejari laporan keuangannya. Dengan membaca, akan membekalinya dengan fakta dan gagasan yang menjadi bahan bakar pemikiran independennya dalam berinvestasi.

22. GUNAKAN SEGENAP TENAGA YANG ANDA MILIKI

Seberapa besar tenaga “mesin“ Anda? Dan seberapa efisien Anda menjalankan mesin tersebut? Menurut Om Buffett, banyak diantara kita yang sebenarnya memiliki kemampuan 400 tenaga kuda, namun hanya mengeluarkan 100 tenaga kuda saja. Dengan kata lain, banyak orang yang cerdas seringkali membiarkan diri mereka teralih perhatiannya dari tugas yang sedang mereka kerjakan dan bertindak dengan cara yang irrasional. Sarannya, untukmenjadi manusia yang lebih baik, cobalah dimulai dengan menuliskan daftar kualitas dari orang yang Anda kagumi, lalu buat juga daftar kualitas dari orang yang sama sekali tidak anda kagumi. Lalu bandingkan keduanya, dan carilah pola tertentu didalamnya. Lalu mlailah menadopsi an menerapkan kualitas-kualitas dari orang yang anda kagumi tadi , diimplementasikan dalam kehidupan anda. Dimana, hal ini apabila dilakukan terus menerus, akan dapat menjadi kebiasaan anda. Jika Anda melakukan hal ini terus menerus, perilaku Anda akan berubah.

Kembangkanlah kebiasaan positif, dan buanglah kebiasaan yang buruk. Berikut adalah beberapa pertanyan yang mungkin anda sering tanyaka kepada diri sendiri, untuk meyakinkan bahwa anda tidak memunculkan kebiasaan buruk dalam berinvestasi ;

  1. Apakah anda cukup melakukan pengamatan sebelu memutuskan membeli saham sebuah perusahaan?
  2. Apakah anda hanya memeriksa harga saham Anda secara periodik dan menghindari “ kebisingan “ harian dari “orang-orang” yang biasanya ngomong doang?
  3. Apakah Anda selalu menghindari tips tips mengenai suatu saham, dari manapun asalnya?
  4. Apakah anda menghindari “Crowd “ dan membuat keputusan investasi sendiri?
  5. Apakah Anda menunjkkan kesabaran dengan menunggu sebuah perusahaan menumbuhkan nilai intrinsiknya?
  6. Apakah anda menghindari berinvestasi pada perusahaan yang tidak anda pahami?
  7. Apakah anda beraksi ketika orang lain ketakutan dan menjual pada saat orang lain tamak?
  8. Apakah anda menerapkan aturan Mr. Marke dan Margin of Safety? Apakah anda kosisten membaca berbagai macam majalah dan surat kabar?

Jika jawaban anda untuk Ya berjumlah minimal 7, maka anda adalah pengikut Buffett yang sejati, dan anda berada dalam jalur yang benar dalam berinvestasi. (jawaban “Ya “ saya Cuma ada 5 lho….)

23. HINDARILAH KESALAHAN MAHAL YANG DIPERBUAT ORANG LAIN

Adalah sangat penting untuk beajar dari kesaahan orang lain, agar anda tidak berbuat kesalahan yang sama. Seorang bapak calon pensiunan di Depok, dengan dana pension sekitar Rp175 juta direkeningnya, menghadiri sebuah seminar preview mengenai menghadapi pensiun dengan Financial Freedom. Ia mendengarkan presentasi seorang pialang saham yang mendorong para pensiunan untuk menerima tawaran pensiun dini dari perusahaan mereka dengan cara mengalihkan seluruh tabungannya kepada perusahaan pialang tersebut, untuk ditanamkan dalam portofolio yang dia rancang sendiri. Sang pialang lalu memutarkan uang di Bapak Tua yang bermimpi jadi “Pasif Trader “ tersebut kedalam saham-saham second liner, yang dicampur saham gorengan, agar terasa sedap dan cepat berbuah. Ketika akhirnya nilai portofolionya jatuh hingga tinggal mendekati Rp.45 juta, si Bapak Tua tidak punya pilihan lain selain menunda pensiunnya dan kembali bekerja dikantornya semula, sambil membuang mimpinya akan masa pensiun yang endah.

Contoh ini menunjukkan, banyak dari para pensiunan ini yang tidk tahu menahu tentang pasar saham dan tidak mampumengelola uang mereka sendiri. Lebih baik serahkan saja sama “ahlinya “, begitu pikirnya. Terpikat oleh rayuan gombal para pialang yang mengandalkan seringnya bertransaksi agar komisinya menggendut, fee dan pungutan yang macam-macam, pemilihan saham diperusahaan yang payah, dsb…dsb. Pelajaran yang paling penting disini adalah pemahaman tentang pentingnya investasi yang handal, pemahaman solid mengenai fundamental investasi, akan meberika perlindungan kepada anda untuk menangkis godaan–godaan skema investasi yang buruk. Ada beberapa nasehat yang bagus disini :

  • Jika terdengar terlalu muluk, biasanya memang mustahil terjadi
  • Ikutlah terlibat dalam poses pengambilan keputusan investasi anda
  • Selalu perhatikan biaya–biaya yang timbul.

24. JADILAH INVESTOR YANG HANDAL

Tahukah anda, sesungguhnya berinvestasi di saham tidak akan membuat anda miskin. Asalkan berivestasi secara handal. Buffett dengan cara-caranya telah menunjukan jalur yang terbukti kehandalannya. Dengan mengikut Kata-kata dan Sarannya, investor awampun dapat meraih hasil yang besar tanpa bantua professional.

Coba kita urutkan prinsipnya; ia senang mempertahankan segalanya tetap sederhana, dan menghindari hal-hal yang kompleks. Ia hanya akan berinvestasi pada hal-hal yang ia pahami dan hanya berinvestasi pada saham-saham perusahaan dalam lingkaan kompetensinya.

Ia amat disiplin, dan hanya beraksi sekuat tenaga ketika pada titik harga yang tepat. Ia menghindari hyperaktivitas, dan cukup nyaman membuat hanya 20 keputusan investasi selama hidupnya. Kadang-kadang dalam bermain saham, berpangku tangan saja adalah tindakan terbaik, dan merpakan bagian dari sebuah permainan. Gaya investasi Buffett bukalah pola cepat kaya. Namun menjadi kaya secara perlahan. Ingatlah, diperlukan waktu bagi biji sawo untuk tumbuh menjadi pohon yang besar.

THE END

Stan Weinstein’s “Four Stages” Methods

Posted in Investing Resources by ilmusaham on March 13, 2008

Source: incrediblecharts.com

Stan Weinstein, in Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets, provides one of the most complete models for trading long-term trends. The model employs a combination of proven techniques to identify breakouts from a trading range, to follow the progress of a trend and to identify appropriate exit points. It is important to read the book to understand the full model which is briefly summarized below.

Trading Ranges

Market Phase

The long-term cycle has four distinct stages:

  • stage 1 and 3 being trading ranges or reversal patterns; and
  • stage 2 and 4 being trends.
  • Base or Bottom: The market ranges between support and resistance, after a stage 4 down-trend. The index normally whipsaws around long-term moving averages and there may be clear signs of accumulation, including declining volume on downward movements and increasing volume on rallies.
  • Primary up-trend: Stage 2 up-trends follow a breakout from stage 1. The index respects long-term moving averages (from above) and there should be strong volume on rallies and light volume on corrections.
  • Top: The market levels off into a trading range after a stage 2 up-trend. The index normally whipsaws around long-term moving averages, with greater volatility than stage 1. A stage 3 top normally continues to show high volume as the market repeatedly attempts to overcome resistance. A dry-up of volume may signal that the trading range will breakout on the upside, reverting back to a stage 2 up-trend.
  • Primary down-trend: A stage 4 down-trend follows a break below a stage 3 top. The index respects long-term moving averages (from below), with strong volume on declines and light volume on upward corrections.

Sometimes the market forms a chart pattern, such as a descending or ascending triangle, in place of a rectangular trading range in stages 1 or 3.

The stages are not always as easy to identify as in the above illustration: a trend may last more than a year and a reversal pattern may be over within a week. Up-trends (or down-trends) may also be interrupted by a trading range before continuing the trend.

The model uses moving averages; trendlines; and breakouts above resistance levels to identify the start of a new trend.

30-Week Moving Average
No trades may be entered if price is below the 30-week weighted moving average or if the moving average slopes downwards.

Volume Confirmation
Breakouts must be confirmed by higher than usual volume activity.

Trailing Sell-Stops
Stop loss orders are moved up to below the Low of each successively higher trough in the up-trend or the 30-week MA, whichever is the lower. See Adjusting Stop Levels for details.

If the 30-week MA starts to level out and it appears that the stock is entering a Phase 3 top, then the stops are moved up to below the bottom of each successive trough and the 30-week MA is ignored.

Exit
Trailing sell-stops account for most of the exits from the trend. Exit immediately, however, if price falls below the 30-week MA and the MA is no longer rising.

Adjusting Stop Loss Orders
Adjust your stop loss orders, over time, in the direction of the trend being traded:

  • In an up-trend move your stop loss up to below the Low of the most recent trough.
  • In a down-trend move your stop loss down to above the High of the last peak.

Example

Yahoo is shown with blue line:30-week weighted moving average.

Yahoo Chart

Price breaks above the $3.00 resistance level [R] in June 1997. This is followed by a correction before a second breakout above the resistance which is confirmed by large volume. The entry point is marked by [E] and the 30-week MA is rising strongly.

  1. Stops (depicted by yellow trendlines below the MA) are adjusted upwards as the trend progresses, but never above the 30-week MA as long as it is rising.
  2. Price crosses below the MA at [?] but the position is not closed as the MA is still rising.
  3. The position is stopped out at [X] when price falls below the previous stop level set just below $60.00.

QUIZ:
Here is a little quiz for you. Go over BUMI’s chart lowly and please rate which stage rating for BUMI? Post your comment here…