Ilmu Saham | ISX Stock Market Resource Center

THIS IS WHAT WE SHOULD DO NOW! Utk pemula.

Posted in Book Recommendation, from Stock Expert, Investing Resources by ilmusaham on April 3, 2008

Eko Nurcahyono wrote:

Pak Eka… Kalo menurut bapak, dengan kualifikasi CAN SLIM nya William J. O’Neil tsb saham apa yang kira-kira menjadi pegangan bapak sekarang ditengah badai yang tak kunjung reda. Maklum saya masuk pemula pak .. thanks ..

Eka Suwandana:

TINS fit nicely ya sahamnya sedikit! AALI, TBLA, CNKO, BTEL, CPRO masuk. banyak lah, coba periksa pelan2. ANTM INCO malah nggak masuk.

THIS IS WHAT WE SHOULD DO NOW! Utk pemula.

  1. Cari perusahaan yg Current Quarterly EPS show some growth, better than the previous one, the higher the better. Cari yg ‘huge earning inreases’, tapi hati2 dgn ‘one time extraordinary items’ kalo ada kurangi. Minimal cari yg EPS Q to Q naik 15-20%, kalo bisa cari yg kenaikannya sudah naik 3 quarter berturut2. Biasanya kenaikan earning harus di support kenaikan sales let ‘s say 25%. JANGAN PERNAH BELI EMITEN yg show DECELARATION EARNINGS 3 quartal berturut2. That means trouble. Lihat juga emiten dalam group yg sama misal, kalo ANTM naik sudah seharusnya INCO juga naik karena sama2 jualan nickel, kalo kawan satu groups sama2 naik berarti anda aman!
  2. Bandingkan juga EPS quartal terakhir dgn quartal yg sama tahun2 sebelumya. Annual growth rates kalo bisa cari yg minimal 25%. Di BEI banyak yg naik diatas 50%. Lihat apakah kenaikan EPS yoy stabil misal tahun 2002-2003 naik 10%, 2003-2004 naik 30%, 2004-2005 naik 5%, 2005-2006 naik 100%. That is OK, semakin stabil semakin baik misal UNVR, kalo ada yg turun satu tahun That is also OK!
  3. Be careful with Value Trap! PER kecil belum tentu growth bagus, PER gede sangat bagus asal di topang “ANNUAL & CURRENT QUARTERLY EARNINGS STABLE GROWTH !” Contoh di Amerika saya lihat saham PCP bulan November lalu sempat PER 100x sekarang Cuma dibawah 20x. Atau saham Boeing tahun 2004 PER sempat 60x tapi setelah booming pesanan sekarang bermain di PER 15-18x. Kalo kita takut dgn PER besar, anda akan ketinggalan kereta! Contoh lain sekarang Toyota Motor (NYSE ADR: TM) PER 2008 10x, cuma ada penurunan penjualan besar2an dari pasar USA.
  4. Cari emiten yg ada terobosan, New products, New management, New Highs. Di Indonesia susah utk cari emiten yg menghasilkan prduk revolusioner tapi new management atau masuk ke bisnis baru yg booming bisa membuat “losing money maker” jadi “profit maker”. Misal dulu BUMI dari hotel ke coal, atau contoh IIKP, CNKO yg rubah bisnis inti. Kalo di USA misalkan saya beli IMAX karena dia mau bikin projector digital pertama utk bioskop mainstream, jadi bakal cutting cost daripada pita colloid. Walau IMAX masih rugi sudah 3 tahun. Atau misalkan APPLE dgn IPOD, IPHONE.
  5. Cari sebisa mungkin emiten yg memilki outstanding shares yg sedikit, seperti TINS, semakin sedikit semakin dijaga Bandar-nya. Semakin banyak semakin volatile sahamnya. Belum pernah stock split semakin baik. Atau cari yg ada program BUYBACK. Cari yg DER kecil.
  6. Ini yg susah “PICK ALWAYS THE LEADER not THE LAGGARD” wuih di BEI saham bagus turun rame2.
  7. Look for ABNORMAL STRENGTH…sewaktu IIKP naik bulan desember dari 200-an ke 400 sampai 2-3 kali swing naik turun dgn volume gede saya curiga ada apa2nya. Dan benar kejadian. Secara spekulatif ABNORMAL STRENGTH utk emiten sehat pasti ada hidden growth.
  8. Institutional Sponsoship, berapa besar Bandar institusi pegang, misalkan INCO kenapa saya suka….. semua perusahaan asuransi asing gede pegang saham ini, Cuma 2 % ditangan ritel selama tahun 2006. Track terus berapa Bandar institusi pegang kalo naik, kita buy.

Iya itu aja yg saya pelajari dan ingat dari buku William J O’Neil : “How to make money in stocks”. Utk lebih rinci silakan baca isinya banyak teknikal juga. Ada yg bagus ttg chapter How to Sell, rada susah terapkan di BEI lebih gampang di USA. Agak ribet jadi saya nggak jelaskan. Pokoknya kalo di Indonesia asalkan harga komoditas turun dan kegerus, cost naik kita bisa keluar nggak peduli sahamnya naik terus.

Source: courtesy of Eka Suwandana