Ilmu Saham | ISX Stock Market Resource Center

Kiat Mudah Portofolio 70:30

Posted in from CLUB, Investing Resources by ilmusaham on April 10, 2008

Selamat pagi semuanya,

Kemaren hari yang cukup menggemparkan, saya sendiri tidak melihat market tapi saya mengetahui hal ini dari banyaknya e-mail yang masuk (ada 30 an) yang menanyakan tentang tindakan selanjutnya …. Apakah BELI ? Apakah JUAL ? bahkan ada yang nawarin saya untuk beli sahamnya semua ??? Beberapa rekan saya, terutama Ibu-ibu, ada yang cerita kalo dalam bulan ini akan ada pembayaran uang sekolah dsb yang masih nyangkut di saham.

Cuma sedikit sharing aja, sebenernya kan apa yang terjadi hari ini merupakan hasil akumulasi dari tindakan kita tiga bulan atau bahkan satu tahun di belakang ??? Dan itu sudah pasti hampir tidak bisa kita ubah. Sekarang yang jadi concern adalah BAGAIMANA KE DEPAN ? Tulisan ini setidaknya sebagai hasil sharing saya dari membaca buku dan telah menerapkannya dalam portofolio saya.

Untuk menjamin keberhasilan dalam dunia investasi hal yang penting adalah PERENCANAAN. Bagi seorang trader maka tentu ada trading plan, sementara untuk berinvestasi maka kita perlu membagi portofolio yang terdiri dari Saham, obligasi dan money market (deposito, atau setara cash lainnya). Untuk kebanyakan dari kita katakanlah komposisinya sebesar 70:30 atau tergantung dengan preferensi resiko. Untuk yang masih muda tentu kita bisa mengambil resiko lebih tinggi, sementara untuk yang lebih tua sebaiknya mengurangi resikonya.

Bagaimana KIAT 70:30 ini ? Kita ambil contoh misalnya kita memiliki uang sebesar 100 juta. Maka portofolio awal (kapanpun masuknya) setidaknya sebagai berikut :

KONDISI PORTOFOLIO AWAL
jv-image003

Komposisi ini harus dipertahankan dalam kondisi pasar bagaimanapun dengan masa pengecekan rutin sekitar 6 bulan sekali. Jika misalnya saat pengecekan rutin pasar menjadi Bearish (HANCUR) dan pasar saham turun hingga 25% maka portofolio yang kita miliki akan menjadi sebagai berikut :

KONDISI PORTOFOLIO SAAT BEARISH
jv-image004

Dari portofolio tersebut kita perlu melakukan REBALANCING agar kebijakan 70:30 tetap ada. Hasil rebalancing menjadi sebagai berikut :

PENERAPAN 70:30 RULE
jv-image005

Ya, rebalancing dilakukan dengan mengurangi porsi cash menjadi saham atau dengan kata lain adalah melakukan pembelian saham. Ok, sekarang bagaimana bila kondisi pasar BULLISH saat pengecekan, kita katakan kenaikan mencapai 25%. Kondisi portofolio yang kita miliki akan menjadi :

PORTOFOLIO SAAT BULLISH
jv-image007

REBALANCING KEMBALI DILAKUKAN, maka akan menjadi :

PENERAPAN 70:30 RULE
jv-image009

REBALANCING dilakukan dengan melakukan penjualan saham dan memindahkan sebagian dananya ke dalam pasar obligasi dan pasar uang. Istilahnya menyelamatkan profit dengan tetap menghindari diri dari INFLASI.

Cara dan komposisi portofolio seperti ini dapat membantu kita untuk tidak kaget atau ikut terbawa emosi menghadapi fluktuasi market, apalagi seperti saat ini. Langkah ini juga membantu kita untuk menerapkan strategi BELI di SAAT MURAH dan JUAL di SAAT MAHAL yang diajarkan BUFFET. Tidak ada satu orangpun di dunia yang bisa menebak ke mana arah pasar, apakah naik atau TURUN. Tapi yang pasti keputusan hari ini tentu mempengaruhi NILAI INVESTASI KITA di masa depan.

Saya pribadi saat ini ada yang nyangkut di saham, akan tetapi total kerugian saya terhadap TOTAL portofolio masih di bawah 3%. Market belum menentu, saat ini harga obligasi juga menurun dengan yield yang meningkat. Di sisi lain itu berarti yield saya di pasar obligasi meningkat dan tentu saja di pasar uang juga meningkat. Cuma saya juga sedikit terselamatkan karena istri yang agak konvensional sehingga saat ini hampir 40% investasi ada di obligasi, money market, dan tanah serta rumah ….. Padahal waktu dulu 100% SAHAM (Kan belum kawin). Sesudah kawin, tentu profil resiko harus dikurangi. Kira-kira begitulah ….

Kiat memilih obligasi dan money market nanti saya coba bahas dalam tulisan lainnya.

Semoga membantu.

JV

Source: Jhon Veter

Tagged with: , ,

Kiat Jitu Memiliki Pohon Duit

Posted in Investing Resources, Shared Lessons Learned by ilmusaham on April 3, 2008

SAHAM MEMBOSANKAN

Hari jumat malam lalu (March 21, 2008) mantan nasabah saya di Valbury chatting dengan saya menanggapi email saya tentang pembelian saham Coca Cola (TradeJournal : Long Stock + Sell Call). Dia menanyakan mengapa saya sejak di Valbury suka sekali merekomendasikan saham saham yang menurut dia “boring” (baca : tidak digoreng goreng bandar).

Saat di Valbury memang kami sering bertukar info dan saya selalu mengatakan jangan beli saham saham gorengan atau third liner. Saya pun paling suka membuat riset atas saham saham yang memiliki fundamental bagus (dalam pandangan saya) dan boring (dalam pandangan dia). Saya saat itu merekomendasikan Apexindo (APEX), Unilever (UNVR), Antam (ANTM), International Nickel Indonesia (INCO) – saat saya rekomendasikan ANTM & INCO belum bergerak tinggi. Namun saat itu saya yakin mereka undervalue saat itu sehingga layak untuk dikoleksi (red : waktu INCO masih di Rp 23 ribuan saya sudah membuat rekomendasi dengan target price diatas Rp 75 ribu.)

Saya jarang merekomendasikan saham saham yang sering bergerak gila gilaan di bursa. Dan sekarang dia berkata saya kembali membeli Coca Cola (KO) yang tergolong saham membosankan. Dia bertanya mengapa saya tidak masuk ke Apple (AAPL) meski saya seorang fans berat MacBook, iPod dan iPhone (can’t wait to have it). Atau mengapa saya tidak masuk ke Google (GOOG), Yahoo (YHOO) dan bergerak dalam range sangat besar.

Saat itu saya memberikan jawaban ringan. Saya bilang “Wah gue dah uzur bro, ga sanggup deg degan liat saham dari $200 turun ke $120 (AAPL). Kalo KO mah gw aman, naiknya bisa diprediksi. Kenaikan saham nya konsisten. Jadi ga perlu repot repot. Selama orang minum Coca Cola, gue yakin ama nih saham. Sedangkan GOOG dan YHOO, sumpe bro ampe skarang gw masih ga ngerti gimana mereka punya income. Kalo gue ga ngerti ngitung income nya, gimana gw bisa tau nilai nih saham sebenernya berapa.”

Tapi tetap nasabah saya itu bilang saya orang yang kolot. Ga ngerti investasi. Ketinggalan jaman. Tapi biarlah, toh tiap tiap orang memiliki pola investasi masing masing. Ada yang suka deg degan, tapi ada juga yang suka bisa tidur nyenyak seperti saya.

Tapi saya akan mencoba memberikan alasan saya secara singkat di sini. Dalam berinvestasi menurut saya yang penting adalah konsistensi, terutama dalam hal keuntungan yang kita terima. Semisal anda mau membeli sebuah perusahaan dan harus memilih satu diantara dua yang ditawarkan. Perusahaan A memiliki track record sales growth sebagai berikut :

Tahun 1 : 15%
Tahun 2 : 30%
Tahun 3 : -10%
Tahun 4 : 2%
Tahun 5 : -18%
Tahun 6 : 120%
Tahun 7 : 20%
Tahun 8 : -45%
Tahun 9 : anda berencana beli

Sedangkan Perusahaan B memiliki track record sales growth sebagai berikut :
Tahun 1 : 14.25%
Tahun 2 : 14.30%
Tahun 3 : 13.50%
Tahun 4 : 14.00%
Tahun 5 : 13.00%
Tahun 6 : 14.25%
Tahun 7 : 14.00%
Tahun 8 : 15%
Tahun 9 : anda berencana beli

Dari kedua perusahaan tersebut, mana yang hendak anda beli semisal harus memilih satu? Memang ini jawaban yang sangat dipengaruhi oleh sifat, kepribadian dan emosi masing masing kita. Namun saya kok yakin mayoritas akan memilih Perusahaan B meski masing masing perusahaan memiliki average sales growth sekitar 14%-14.25%. Alasan utamanya adalah satu; yaitu kita dapat membuat prediksi yang lebih menyakinkan atas sales growth di Perusahaan B dibanding Perusahaan A. Dan menurut saya prediksi ini sangat penting karena saat kita membeli suatu perusahaan, kita sebenarnya membeli prospek perusahaan itu dalam menghasilkan keuntungan di masa depan.

Dalam kasus Perusahaan A, kelihatannya kita akan lebih sulit menebak sales growth di masa depan dibanding Perusahaan B.

Begitu juga alasan utama saya membeli saham KO; konsistensi sehingga saya dapat memprediksi dengan tingkat keyakinan lebih tinggi dibanding saham YHOO, GOOG atau pun AAPL. (Namun jangan salah artikan saya benci ketiga saham teknologi tersebut. Saya malah sempat membeli saham AAPL di harga $175an dan menjual di $190an tepat dua minggu sebelum AAPL terjun bebas ke $120an. Nantikan TradeJournal saya yang akan membahas alasan & latar belakang saya membeli AAPL)

Intinya adalah saya sangat SUKA KONSISTENSI dan sangat BENCI KETIDAK PASTIAN.

TUJUAN UTAMA INVESTASI

Coba anda sekarang mengambil pinsil dan kertas kosong. Saya akan memberikan sebuah pertanyaan dan tolong anda jawab dengan jujur.

Pertanyaan saya adalah : “Menurut anda, apakah tujuan paling utama dalam berinvestasi (the ultimate goal of investing)?”
.
.
.
.

Coba pikirkan sebentar
.
.
.
.
Tidak usah terburu buru untuk scroll down mencari jawaban
.
.
.
.
Pikirkan dengan matang; apa sih tujuan utama dalam berinvestasi?
.
.
.
.
Saya tahu anda masih belum menuliskan jawabannya
.
.
.
.
Sekali lagi saya berikan kesempatan sebelum anda melihat jawabannya; tolong pikirkan menurut anda apa tujuan berinvestasi?
.
.
.
.
Sudah memberikan jawaban?
.
.
.
.
Mari kita liat jawabannya?
.
.
.
.

Saya tidak akan memberikan jawaban dari saya sendiri, tapi dari orang terkaya nomor satu di dunia. Jika saya yang menjawab rasanya kurang afdol karena saya belum kaya. Mari kita belajar dari orang terkaya di dunia yaitu Warren Buffett.

Ketika ditanya apa tujuan utama dalam berinvestasi, Buffett memberikan dua jawaban. Pertama, don’t loose your money. Kedua, see reason number one.

Buffett mengatakan bahwa tujuan berinvestasi itu sebenarnya agar kita tidak kehilangan uang. Baik dalam arti mengalami kerugian atau uang kita digerogoti inflasi. Sangat menarik Buffett tidak mengatakan tujuan investasi adalah MENDAPAT UNTUNG (saya yakin 90% menjawab ini di sepotong kertas tadi. Saya pun menulis demikian).

Ternyata orang terkaya di dunia mengatakan tujuan investasi yang utama adalah melindungi harta kita. Jika pola pikir seperti ini, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Awalnya saya sulit memahami hal ini. Menurut saya jawaban Buffett adalah JAWABAN YANG ANEH!!

Namun setelah berpikir lebih jauh akhirnya saya memahami pola pikir Buffett. Saya melihat dengan memiliki tujuan tersebut maka pola investasi kita akan :
1. Sangat berhati hati dalam memilih saham agar saham yang dipilih adalah saham yang secara fundamental bagus (ini menghindari membeli saham “yang katanya” mau ditarik)
2. Lebih memperhatikan kinerja perusahaan dibanding pergerakan harga saham (nantikan artikel saya yang berjudul Kiat Jitu Memilih Saham. Saya akan memberikan alasan mengapa yang perlu diperhatikan adalah kinerja perusahaan, bukan pergerakan harga saham).

Dengan pola pikir ini kita akan sangat berhati hati dalam berinvestasi. Menjadi lebih serius dalam memilih saham. Karena ini harta kita. Kalau sampai ceroboh memilih saham maka akan rugi. Kalau rugi maka harta kita akan berkurang. Kalau harta berkurang artinya kita MENJADI LEBIH MISKIN SETELAH BERINVESTASI dibanding sebelum berinvestasi. Lah kalo setelah berinvestasi jadi lebih miskin ngapain dong kalo gitu investasi?

KONSISTENSI YANG KONSISTEN

Artinya, saat kita berinvestasi kita harus yakin pilihan yang kita ambil akan menambah kekayaan kita, bukan malah mengurangi. Untuk itu ikuti nasihat Buffett, jangan sampai kehilangan uang.

Entah benar entah salah, saya berpendapat salah satu cara untuk jangan sampai kehilangan uang adalah dengan memilih investasi yang kita yakin akan menambah uang kita. Bagaimana kita yakin? Dengan memilih investasi yang KONSISTEN dapat kita prediksi tingkat keuntungannya. Dan sayangnya, hampir sebagian besar saham yang masuk kategori ini adalah saham saham yang menurut nasabah saya itu boring.

Namun sekali lagi saya tidak salah kan dia. Kami hanya berbeda pola investasi. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Kembali tujuan investasi adalah jangan sampai kehilangan duit. Jika dia bisa memilih saham saham exotic dan tidak kehilangan uang … ya wes monggo. Namun saya pribadi adalah orang yang sangat bodoh dalam menilai saham exotic. Saya sulit mengerti kenaikan harga BUMI apakah karena kinerja operational nya yang bagus, ataukah karena kenaikan harga batu bara, ataukah karena business restructuring saat menjual 30% saham anak perusahaannya, ataukah karena laba/rugi selisih kurs, ataukah karena “katanya bandar” mau ditarik ke Rp 10,000 (entah apapun ini artinya)? Saya sulit mengerti. Mending disclaimer aja dah. Tapi semisal suatu saat saya dapat mengerti BUMI, tentu saya tidak akan ragu ragu untuk investasi di sini.

Buat saya, kinerja perusahaan yang bagus harus berasal dari kinerja operasional dan bukan dari yang lain nya. Kalau mau menilai kinerja seorang tukang baso ya harus dari berapa mangkok yang berhasil dia jual. Kan sangat aneh kita bilang kinerja tukang baso bagus karena dia sering jual beli gerobak baso (makanya saya sangat tidak mengerti mengapa perusahaan yang kerjanya jual beli anak perusahaan dibilang bagus.) Tapi ini memang pandangan pribadi saya lo. Seperti yang saya sering bilang, I’m just a very simple man. My brain cannot understand complicated things. Kalo tukang baso ya jualan baso, jangan jual beli gerobak baso.

Sehingga menurut saya, suatu saham yang memberikan konsistensi adalah saham yang sesuai dengan tujuan utama investasi; yaitu tidak kehilangan duit.

POWER OF COMPOUNDING

Saya akan memberikan ilustrasi atas pentingnya suatu konsistensi dalam jangka panjang. Namun sebelum saya sampai ke sana saya ingin bertanya sesuatu. Bayangkan anda membeli suatu saham XYZ hari ini. Eh ternyata besok saham anda turun 50%. Namun untungnya di hari ketiga saham anda kembali naik 50% (hari 1 beli, hari 2 turun 50%, hari 3 naik 50%). Pertanyaannya adalah : apakah saat hari ketiga saham anda naik 50% anda akan kembali modal?

Jika anda menjawab “ya” sayang anda salah. Bayangkan di hari 1 anda beli saham XYZ seharga Rp 1,000. Hari kedua turun 50% menjadi Rp 500. Hari ketiga naik 50% (50% dr Rp 500 = Rp 250) maka saham anda menjadi Rp 750. Loh masih rugi dong. Hahahahaa …. Bingung?

Ternyata jika saham anda turun 50%, maka untuk kembali modal perlu naik 100%.

Coba kita ambil contoh pergerakan dua macam harga saham. Yang satu konsisten yang satu sangat volatile meski sama sama memiliki average yang sama.

eugene-compound

Dalam contoh di atas masing masing memiliki average growth 3%. Namun coba kita lihat untuk saham Konsisten saat anda membeli $1,000 dan dengan average growth 3% pada tahun kelima saham anda bernilai $1,159. Sedangkan pada saham volatile meski average growth sama sama 3% namun pada tahun kelima saham anda hanya bernilai $207.

Inilah mengapa saya SANGAT MENYUKAI KONSISTENSI dan TIDAK SUKA KETIDAK PASTIAN.

Nah sekarang coba anda bayangkan saat ini anda berumur 25 tahun dan berencana melakukan investasi senilai $1,000 (Rp 9 juta dengan kurs IDR/USD = Rp 9,000) sebagai uang pensiun anda saat umur 55 (masa investasi 30 tahun). Anggap saja average return per tahun 15% maka uang anda akan berkembang menjadi :

Tahun 1 : $1,150 (Rp 10,350,000)
Tahun 5 : $2,011 (Rp 18,102,214)
Tahun 10 : $4,045 (Rp 36,410,019)
Tahun 20 : $16,366 (Rp 147,298,836)
Tahun 30 : $66,6211 (Rp 595,905,947)

Dalam 30 tahun uang anda bertumbuh sebesar 6,621%.

Coba sekarang bayangkan investasi awal anda sebesar $10,000 (Rp 90 juta) dan anda bisa menghasilkan average return 20% per tahun. Dalam tahun ke 30 uang anda akan berkembang biak menjadi $2,373,763 (Rp 21,36 milyar) atau bertumbuh 23,737% … ya DUA PULUH TIGA RIBU PERSEN.

Disini terlihat bagaimana konsistensi merupakan cara kita memiliki pohon duit. Yang penting bagaimana anda KONSISTEN selama 30 tahun memperoleh return 20%.

MENGAPA SAYA SUKA ‘BORING’ STOCK

Mengapa saya suka saham yang membosankan? Pertama, saya dapat memprediksi konsistensi dari saham jenis ini. Kedua, dengan menggabungkan power of compounding maka saya akan memiliki pohon duit.

Masih ingat saat saya membeli saham Coca Cola (KO) kemarin. Ringkasnya saya membeli saham KO di harga $60.14 sebanyak 100 lembar (jumlah saham & kontrak option disamarkan) serta melakukan sell call option VKOAN strike price $70 yang akan jatuh tempo January 2009 di harga $1.35 sebanyak 1 kontrak.

Modal atas kedua transaksi terbut adalah $6,014. Dalam trading plan saya, rata rata keuntungan yang saya harapkan per tahunnya sebesar 15.87%.

Mari kita masukan dalam pohon duit kita. Uang saya akan berkembang biak :

Tahun 1 : $6,968
Tahun 5 : $12,560
Tahun 10 : $26,234
Tahun 20 : $114,441

Saya berencana pensiun pada umur 55 (20 tahun dari sekarang). Saat itu saham KO saya akan bernilai $114,441 atau naik 1,902%!!!!

20 tahun lalu orang minum Coca Cola dan saya yakin dalam 20 tahun ke depan orang masih minum Coca Cola sehingga KONSISTENSI sales growth KO dapat saya prediksi dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding Google (20 tahun lalu mungkin belum banyak orang yang mengenal search engine; siapa yang menjamin 20 tahun ke depan orang masih membutuhkan search engine).

Karena alasan ini saya sangat suka kepada saham yang membosankan. Tidak perlu pusing! KONSISTENSI dan PREDICTIBILITY … itulah jawabannya. Saya dapat memPREDICT growth dari saham yang membosankan dan saya yakin growth tersebut akan KONSISTEN dalam jangka waktu investasi saya.

PENUTUP

Ada dua cara untuk sukses berinvestasi dalam saham. Cara pertama, anda tiap tahun mencari dan menebak exoctic stock tahun ini apa. Apa saja saham yang “katanya” mau ditarik bandar? Jika ini saya lakukan, maka setiap tahun selama 20 tahun saya harus pusing mencari, menghitung dan menebak mau beli saham apa saja. Dan saya berharap selama 20 kali memilih saham saya tidak pernah salah. Karena kalau sampai salah, ingat untuk mengembalikan kerugian tahun ini maka tahun depan keuntungan harus dua kali lipat (jika minus 50% maka butuh plus 100% untuk balik modal).

Atau ada cara kedua. Saya hanya perlu mencari saham yang membosankan, saham yang produknya dalam 20 tahun lalu dibutuhkan dan dalam 20 tahun ke depan masih dibutuhkan. Dalam hal ini dalam 20 tahun saya hanya perlu berpikir sekali saja (bagiamana memilih saham jenis ini akan saya tulis dalam artikel berikutnya).

Cara pertama, mikir 20 kali dalam 20 tahun. Pusing 20 kali dalam 20 tahun. Cara kedua, mikir satu kali dalam 20 tahun. Pusing satu kali dalam 20 tahun.

Apapun pilihan anda, pastikan sesuai dengan karakter anda. Tidak ada cara yang benar dan salah dalam pola investasi. Apapun polanya, tujuan akhir haruslah melindungi harta anda. Namun untuk saya sendiri, saya memilih cara kedua. Selamat berinvestasi. DISCLAIMER.

Salam Sejahtera,

Danny Eugene

Source: Courtesy of Danny Eugene